Lorong Hati

Tiap muslim tentu menginginkan agar sikap penuh persahabatan, ramah dalam bergaul serta saling mencintai menempel pada pribadi muslim dan  merata di lingkungan masyarakat Islam. Kita yakin bahwa setiap muslim, baik laki maupun perempuan , mereka semua pasti mencintai adanya kebaikan, kebajikan, berbakti pada orang, senang memberi dan berbudi pekerti yang luhur. Adapun hati ini maka semuanya memiliki. 
        Adapun saat ini, kita sedang membutuhkan cara dan seni bergaul yang beragam bersama orang lain, butuh pada pemahaman yang mendalam tentang makna persatuan dalam bingkai ukhuwah Islamiyah yang sejati, kita butuh –wahai orang yang aku cintai- pada perealisasian kandungan makna kaidah Islam yang agung dan baku; "Tidaklah sempurna keimanan salah seorang diantara kalian, hingga ia mencintai saudaranya seperti yang ia cintai untuk dirinya sendiri".[1]
        Selaras dengan sabda Nabi tersebut, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ta'ala 'anhu.
      Membutuhkan diskusi yang santai dan rileks, menyatu dalam persahabatan yang tulus, saling menghargai dan mau berbagi, hingga pada puncaknya kita bisa menampakan keindahan aqidah Islam ini, sehingga pada akhirnya kita menjadi muslim sejati yang bisa memberikan suri taudan yang baik pada sesama. Menjadi kunci kebaikan bagi  orang lain, diluar agama kita dari para penganut agama-agama maupun sekte-sekte lain, yang banyak sekali warna serta corak ragamnya.
       Kita juga senantiasa memperlukan untuk selalu mengoreksi dan mengawasi hati-hati kita, demikian pula dari kalangan para penganut agama lain, mereka juga dituntut untuk mengawasi hatinya.  Dengan kejujuran tauhid, indah dalam berinteraksi sambil dibarengi dengan budi pekerti yang tinggi, sehingga kelezatan dan nikmatnya iman bisa dirasakan, dan orang kafir bisa mengetahui hakekat agama Islam yang sesungguhnya.
        Kita ingin didalam memperbaiki hati bukan hanya sekedar basa basi, tidak pula hati yang dipoles dengan sikap berpura-pura, apa lagi menggambarkan sikap lembek yang meremas agama kita,  bukan juga dengan cara menggadaikan prinsip dasar dan tujuan pokok yang sudah pasti.  Hanya saja yang kita inginkan dari semua itu adalah akhlak yang luhur, sebagaimana yang telah disabdakan oleh panutan kita, Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah pernyataannya.
قال النبي صلى الله عليه وسلم: (( إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق )) [رواه أحمد في المسند ] .
"Hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur". HR Ahmad.

       Mungkin ada yang bertanya, kenapa harus sulit-sulit mencari hati? Maka jawabannya, bukan karena berambisi untuk mencari dunia, dan isinya dengan segala keindahannya, jangan pula dipahami karena keinginan untuk menampilkan keindahan serta ketawa'dhuan kita. Tidak, demi Allah bukan itu semua yang mendasari langkah kita, bahkan bukan pula dikarenakan di dasari sikap ingin menguasi orang lain dan meminta pujian dan penghormatan mereka.
       Akan tetapi, yang mendasari kita untuk melakukan itu adalah karena Rabb kita Yang Maha Tinggi, dalam rangka beribadah dan mendekatkan diri kepadaNya. Karena sesungguhnya Allah Ta'ala mencintai keutamaan akhlak dan membenci akhak yang rendahan. Demikian juga dalam rangka mengikuti panutan dan teladan kita Shalallahu 'alaihi wa sallam , dimana beliau adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara manusia.
        Dan untuk memperoleh kecintaan dan kedekatan bermajelis bersama Nabi kita pada hari kiamat kelak, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh beliau kepada kita melalui sabdanya:
قال النبي صلى الله عليه وسلم: ((  إن من أحبكم إلى وأقربكم مني مجلسا يوم القيامة, أحاسنكم أخلاقا ))  [رواه الترمذي و حسنّه ].
"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku besok pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian". HR at-Tirmdizi, dan beliau menghasankannya.
        Lalu yang mendasari kita untuk itu juga adalah penerapan kandungan yang ada dalam ajaran dan adab agama kita, baik dalam tingkah laku maupun dalam mengucap, tatkala sendirian maupun dihadapan orang banyak, yang mana Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
قال النبي صلى الله عليه وسلم: (( وخالق الناس بخلق حسن )) [ررواه الترمذي وقال حديث حسن].
"Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik". HR at-Tirmidzi, dan beliau mengatakan hadits hasan. 
       Juga kerinduan kita yang mendalam pada surga nan abadi, demikian juga agar bisa menjadi amal sholeh yang berat ketika ditimbang pada hari dimana kita semua pasti menemui Allah Azza wa jalla. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam kepada kita dalam sebuah haditsnya:
قال النبي صلى الله عليه وسلم: (( فأكثر ما يدخل الناس الجنة تقوى الله وحسن الخلق ))  [رواه الترمذي و صححه].
"Maka perkara yang paling banyak menjadikan orang masuk surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang luhur". HR at-Tirmidzi, dan beliau menshahihkannya. 
        Dan perlu diketahui, bahwa tidak ada suatu amalan kelak pada hari kiamat, yang bisa  menjadikan berat dalam timbangannya seorang mukmin melainkan budi pekerti yang tinggi. Maka tidak ada yang lebih mendorong kita untuk berakhlak yang baik, serta beradab melainkan keimanan yang sempurna, karena seorang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya.
Dan Allah Azza wa jalla telah mengabarkan pada kita hakekat Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam melalui firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ    (سورة آل عمران 159.
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu".  (QS al-'Imran: 159).

       Jadi, keutamaan-keutamaan seperti inilah serta yang semisalnya, yang memacu dan memompa semangat kita untuk mencari keindahan akhlak dan menanamkan dalam sanubari kita, lalu menerapkannya dalam tingkah keseharian. Dengan didasari niat yang ikhlas karena mengharap wajah Allah, dan mencari keridhoanNya. Karena berbudi pekerti yang luhur merupakan salah satu dari bentuk ibadah yang agung serta amal sholeh yang paling mulia. Dijelaskan dalam sebuah hadits, "sesungguhnya seorang hamba akan mencapai tingkatan orang yang senantiasa berpuasa dan sholat malam dengan sebab mempunyai akhlak yang luhur", hal tersebut, sebagaimana yang ada dalam haditsnya Aisyah radhiyallahu 'anha yang dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah.
       Inilah keadaan hati-hati kita, sedangkan itulah terapi yang akan kita gunakan untuk mengobati penyakit yang ada di dalam hati kita. Hal ini, karena terdorong oleh mirisnya hati ini, tatkala melihat begitu banyaknya keluhan yang disampaikan oleh sebagian orang yang ada disekeliling kita, mereka mengadukan antara satu dengan yang lainnya,  seorang istri mengadu tentang buruknya perlakuan yang diterima dari suaminya, seorang murid merasa terdhalimi oleh peringai buruk gurunya, pengawai merasa selalu kena tegur dari pimpinan dan direkturnya, seorang pembantu merasa diperlakukan tidak manusiawi oleh majikannya, sampai kiranya teman karib merasa tidak selamat dari teman dekatnya.
        Oleh karena itu, saya mencoba mencari penawar apa yang mujarab untuk itu semua, sehingga muncullah embrio itu dalam bentuk tulisan ini. Yang mana risalah ini saya tujukan bagi setiap muslim dan muslimah, aku persembahkan untuk para pecinta kebaikan, bagi para pendidik, bagi semua pasutri, pegawai, serta bagi tiap muslim yang melancong keluar negeri, dan tiap orang yang mendambakan persahabatan dalam bungkus kecintaan di dalam masyarakat muslim.
       Saudaraku muslim, bersemangatlah untuk meraih budi pekerti yang luhur serta berhias dengannya yaitu dengan cara bersabar dan melatih serta menata jiwa. Itu yang pertama, adapun yang kedua adalah dengan cara mencari teman yang sholeh serta melihat dan membaca biografi para ulama yang penuh dengan keindahan akhlak mereka. Sedangkan yang ketiga, yaitu dengan membiasakan diri serta rutin membaca buku-buku yang berkaitan tentang keindahan akhlak, seperti diantaranya:
a.   Kitab 'Adabul Mufrad' oleh Imam Bukhari.
b.   Kitab 'Makaarimul Akhlak' karya Ibnu Abi Dunya dan karya al-Khara'ithi.
c.    Serta buku-buku Syamaail dan Akhlak Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam.
d.   Adapun kitab kotemporer yang ditulis sekarang ini, menurut saya kitab yang paling bagus adalah yang ditulis oleh Syaikh Abdullah ar-Ruhaili yang berjudul 'al-Akhlaqul Fadhilah'. Sebuah kitab yang bagus.
e.   Masih kitab yang ditulis oleh ulama kotemporer adalah kitab 'Hadzihi Akhlaquna' karya al-Khazin Daar. Dan kitab 'Su'ul Khuluq' karya Muhammad al-Hamud. Dan yang lainnya masih sangat banyak.

       Maka bila anda ingin meraba dan sampai rabaan tersebut masuk kedalam hati, atau menginginkan yang lebih tinggi dari itu yaitu meraih keridhoan Dzat yang Maha Mengetahui perkara ghaib Subhanahu wa ta'ala, perhatikan dan terapkan ketiga perkara diawal tadi. Kemudian selanjutnya senantiasa banyak mendengar kajian yang berkaitan dengan masalah ini, berulang kali. Karena sesungguhnya ilmu itu dengan belajar, banyak minta pertolongan dari Allah dan banyak merendah serta berdo'a kepadaNya. Hal itu, seperti yang seringkali diucapkan oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam dalam do'anya, dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan dishahihkan oleh al-Albani; beliau berdo'a: "Sebagaimana Engaku telah memperbagusi rupaku maka perbagusilah akhlakKu". HR Ahmad dishahihkan oleh al-Albani.
         Demikian pula berdo'alah seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam dalam do'anya;
قال النبي صلى الله عليه وسلم: (( اللهم إني أعوذ بك من منكرات الأخلاق والأعمال والأهواء )) [رواه الترمذي وهو صحيح]

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dariMu dari akhlak yang jelek serta amalan yang buruk dan mengikuti hawa nafsu".  HR at-Tirmidzi.[2]
 Lalu seringlah berdo'a dan ulangilah selalu do'a ini:
(( اللهم أهدني لأحسن الأخلاق لا يهدي لأحسنها إلا أنت, وأصرف عني سيئها لا يصرف عني سيئها إلا أنت)) [رواه مسلم]
"Ya Allah, berilah aku petunjuk agar mendapat akhlak yang bagus, tidak ada yang mampu memberi petunjuk kepadanya melainkan diriMu, dan palingkan dariku akhlak yang buruk, karena tidak ada yang mampu memalingkannya melainkan diriMu". HR Muslim.
Lihatlah pada manusia terbaik yang dipuji oleh Allah Ta'ala tentang ketinggian akhlaknya dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ . (سورة القلم : 4)  .
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung".  (QS al-Qalam: 4).

        Walapun demikian, Beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam selalu berdo'a dan merendahkan diri kepada Allah, memohon agar dimudahkan untuk memperbaiki akhlaknya serta diberi kemudahan berhias dengan akhlak yang indah, lantas bagaimana dengan saya dan kamu? Bahkan, bagaimana dengan keadaan kita seluruhnya? Sesungguhnya tidak ada daya dan kekuatan melainkan dari Allah Jalla wa 'ala.


KETERKAITAN ANTARA AKHLAK DAN AQIDAH
        Pada kenyataanya, akhlak tersebut mempunyai hubungan khusus yang sangat erat dengan keimanan dan aqidah. Imam Ibnu Qoyim menyatakan dalam sebuah pernyataannya: 'Agama itu seluruhnya mengandung akhlak, sehingga, barangsiapa yang menambah saldo akhlaknya maka agamanya ikut bertambah'.
       Adapun penulis risalah yang sangat bagus, yang berjudul 'Shilatul Akhlak bil Aqidah wal Iman', mengatakan didalam salah satu pembahasannya; 'Sesungguhnya siapa saja yang mau meneliti secara mendalam tentang keadaan manusia, dirinya akan mendapati, kebanyakan dari kaum muslimin mengeyampingkan, dan menganggap remeh serta enggan untuk masalah yang satu ini. Mereka tidak paham akan adanya hubungan yang sangat kuat antara akhlak yang luhur dengan iman dan aqidah. Yang mana, adakalanya anda menjumpai ada seseorang yang mengira bahwa dirinya telah benar-benar telah merealisasikan tauhid dan mencapai pada tingkat keimanan yang murni, didapati dirinya sangat jauh dari akhlak mulia dan terhimpun padanya akhlak yang kurang pantas serta kekurangan budi pekerti lainnya, yang bisa jadi telah menghilangkan keimanannya yang pokok, atau setidaknya dirinya telah terhalangi dari tingkat kesempuranaan yang ditekankan, seperti halnya masuk pada sombong, hasad, berprasangka buruk, dusta, berkata jorok, egois dan lain sebagainya. Yang terkadang semua itu dibarengi dengan kejahilan akan bahaya penyakit-penyakit tersebut pada aqidah dan keimanannya, atau juga disebabkan karena dirinya lalai terhadap keuniversalan kandungan agama ini yang ada pada setiap lini kehidupan. Sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah Ta'ala melalui firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢ لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ  (سورة الأنعام 162-163.
"Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".  (QS al-An'aam: 162-163).
        Sesungguhnya dalam merealisasikan tauhid serta usaha menyempurnakan keimanan bukan hanya sekedar menjauhi perbuatan syirik besar saja. Namun perlu dipahami, bahwa hal itu juga harus didukung dengan menjauhi segala perbuatan yang bisa meniadakan aqidah dan setiap perkara yang bisa menghilangkan nilai aqidah, atau membuat dirinya tertuduh didalam kesempurnaan tauhid dan keimanannya…". Demikian seterusnya apa yang dikatakan oleh penulis.
      Dari sini bisa dipahami, bahwa aqidah itu bukan hanya yang ada dikitab-kitab mutun saja, tidak pula yang tercantum didalam nash-nash yang dihafal, namun tuntutan yang harus terpenuhi dari hal tersebut adalah adanya timbal balik dan bukti nyata dalam penerapan kehidupan keseharian, demikian pula tatkala berinteraksi bersama orang lain, sehingga ketika pola pikir seperti ini telah sampai pada otak sebagian orang, mungkin akan menghentikan denyut nadinya yaitu manakala digandengkan bersama pemahaman pengertian iman serta kandungannya, yang insya Allah akan datang pembahasannya secara tersendiri.
 

KENYATAAN KITA DAN AKHLAK YANG INDAH
        Sesungguhnya manusia pada saat sekarang ini, yang tinggal dipermukaan bumi tanpa terkecuali, sangat memerlukan adanya seseorang yang mau berdiskusi bersamanya, membantu dirinya mengusir perasaan gelisah dan khawatir yang menghantuinya.  Membutuhkan seseorang yang mampu menunjukan pada mereka jalan menuju kebahagian serta ketenangan jiwa, dan butuh pada orang yang rela tanpa pamrih menggandeng tangan mereka supaya diarahkan pada jalan keselamatan dan ketentraman.
       Walaupun peradaban dunia yang semakin tinggi, ditambah model penemuan dan penciptaan berbagai macam tekhnologi, serta penemuan-penemuan modern yang baru telah berhasil mereka singkap.  Seharusnya semua hal tersebut bisa menjadi penopang kemuliaan serta kebahagian umat manusia, namun, sangat disayangkan sekali, umat manusia pada saat ini telah begitu dalam tenggelam, hanyut, larut bersama laut dunia yang tanpa ada batasnya.
       Kebanyakan dari mereka, terlihat begitu dahaganya tatkala dihadapankan pada harta benda dan perniagaan, tatkala berdiri dibelakang kelezatan dunia dan pelbagai macam syahwatnya, ketika mereka berada dihadapan kekuasaan, mereka akan sibuk mencari untuk mencicipinya dengan berbagai macam cara dan sarana walaupun harus mengeluarkan dan merogoh kantong serta mengeluarkan uang yang banyak. Yang penting baginya adalah puas bisa mendapatkan kemauan yang diinginkannya.
       Inilah kenyataan yang ada secara global, terkait dengan keadaan umat manusia pada saat sekarang ini, kecuali orang yang dikecualikan oleh Allah Tabaraka wa ta'ala. Dan ditengah-tengah keadaan yang seperti ini, sebagian mereka ada yang mencoba melirik, mencari tauladan, dan menyibak prinsip, akhlak serta adab dibarisan manusia yang ada disekelilingnya, kemudian tanpa sadar dirinya menjumpai orang yang menyatakan sebagai juru selamat, yaitu sebuah slogan yang sering digunakan oleh para juru dakwah agama nasrani,para misionaris. Lalu mereka ikut larut menamakan dirinya dengan itu bahkan yang disayangkan lagi mereka meneladani orang-orang kafir tersebut.
       Ada seorang teman yang pernah bercerita padaku; 'Pada suatu hari, aku pergi kedokter untuk menjalani pemeriksaan rutin yang sudah biasa aku lakukan di sebuah rumah sakit umum. Disana aku dilayani oleh seorang dokter, yang saya perhatikan begitu baik  dalam interaksi bersama pasien dan antusias sekali didalam menangani pasiennya, sehingga terlintas dalam benakku bahwa dokter tersebut merupakan salah seorang misionaris, karena aku pernah membaca dalam sebuah buku dan mendengar cara dan metode yang mereka gunakan".
      Dirinya meneruskan; 'Akan tetapi pikiranku segera aku tampik, karena aku berusaha untuk berprasangka baik padanya, terlebih dokter tersebut orang arab, dan tinggal di negeri muslim, akan tetapi aku baru sadar bahwa dirinya memang beragama nasrani, mungkin karena masuk Kristen atau karena merasa sebagai juru selamat, sebagaimana yang biasa mereka gembar-gemborkan'. Sampai disini kisah teman kita tadi.
       Saudaraku, bukankah seorang muslim itu lebih layak dan pantas untuk menamakan dirinya sebagai pemberi kabar gembira? Dan lebih layak untuk menyandang akhlak budi pekerti yang luhur?. Tidakkah engkau mendengar firman kebenaran dari Maha Benar Azza wa jalla yang mengatakan:
قال الله تعالى: ﴿ وَمَا نُرۡسِلُ ٱلۡمُرۡسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَۚ . (سورة الكهف 56)  .
"Dan tidaklah Kami mengutus para Rasul melainkan hanyalah sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan".  (QS al-Kahfi: 56).

Bukankah Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: « يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا وَسَكِّنُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا ».  [رواه البخاري ومسلم]
"Mudahkanlah janganlah kalian persulit, berilah kabar gembira jangan bikin mereka lari".  HR Bukhari dan Muslim.
       Bukankah kita, kaum muslimin itu lebih layak untuk bersikap lemah lembut bersama orang lain? Lebih pantas untuk menyandang akhlak yang baik dan menyebarkan harapan pada jiwa?
       Kenapa sikap kasar dan merintangi, serta menjauhkan dan meninggalkan ini ada disebagian pribadi muslim? Sungguh kehidupan serba tercukupi serta peradaban yang ada telah mengikis habis akhlak kita dan cara kita bergaul bersama orang lain, sampai sekiranya ada sebagian yang menyangka bahwasannya tidak mungkin bersatu antara peradaban modern dan tuntutan mengkais rizki dengan berhias bersama akhlak dan adab budi pekerti yang luhur, sehingga ada salah seorang diantara mereka yang mengatakan dalam untaian bait syairnya:

Kalau sekiranya dunia didapat dengan paksaan
                                  Lalu merubah dirimu dari kesulitan menjadi kemudahan

Baru engkau sadar betapa rendahnya kita
                                          Sungguh cela bagi kita bertopeng dengan kemiskinan
        Dan kita masih seringkali mendengar dari kalangan orang yang mempunyai kedudukan, atau seorang saudagar, atau juga seorang pejabat yang masih berhias dengan akhlak yang luhur dan adab budi pekerti. Akan tetapi, orang lebih sering menyebutnya dalam bentuk pujian dan takjub, ketika menjumpai orang yang berada dalam kedudukan yang seperti itu masih saja menikmati akhlak yang indah.

Saudaraku..
         Sesungguhnya manakala orang mau melihat dan membaca tentang agama Islam, lebih khusus lagi dalam permasalahan adab dan akhlak serta interaksi pergaulan dengan sesama, tentu dirinya akan merasa takjub dengan ketakjuban yang luar biasa, merasakan betapa agungnya agama ini, karena begitu rinci dan perhatiannya dalam masalah perasaan dan pergaulan, serta semangatnya di dalam menyebarkan perdamaian dalam bungkus percintaan.
       Simaklah hadits ini, yang diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau menceritakan; 'Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قال النبي صلى الله عليه و سلم: (( إذا أحدث أحدكم في صلاته فليأخذ بأنفه ثم لينصرف)) [ رواه أبو داود]
"Apabila salah seorang diantara kalian berhadats ketika sedang sholat, (lalu ingin keluar) maka peganglah hidungnya kemudian baru keluar (dari shaf)".  HR Abu Dawud. Dishahihkan oleh al-AlBani.
       Mungkin ada yang bertanya, kenapa harus menutup hidungnya, apa hubungannya antara hidung dengan kejadian yang baru saja dialaminya?. Jawabanya ada pada keagungan yang menunjukan pada betapa agungnya agama ini, yang mana begitu perhatiannya agama Islam dengan perasaan yang timbul dari dalam hati, serta menjaga perasaan orang lain. Yang mana dirinya diperintah untuk menutup hidungnya untuk memberi sangkaan pada orang yang berada disampingnya, ada sesuatu yang terjadi pada hidungnya namun tidak nampak oleh tetangga sampingnya, sehingga dirinya merasa malu lalu keluar.
        Al-Khitabi mengatakan di dalam kitabnya 'Badzlul Majhud Syarh Sunan Abi Dawud', mengomentari hadits ini dengan pernyataannya: 'Hanya saja dirinya diperintah untuk menutup hidung agar memunculkan rumor pada orang lain kalau hidungnya mengeluarkan darah. Maka dalam hadits ini diambil faidah adab didalam menutupi aurat dan menyembunyikan kejelekan serta tauriyah dengan cara yang lebih baik, dan hal tersebut bukan masuk dalam bab riya' dan sombong, namun itu masuk dalam bab berhias diri dan menyematkan rasa malu serta mencari selamat dari tuduhan orang lain'.  
       Sehingga pada ujungnya orang lain ridho seperti halnya engkau juga ridho memperlakukan hal tersebut untuk dirimu. Karena pada hakekatnya seluruh manusia itu sama dari jenis makhluk yang serumpun. Maka tidak adil rasanya jika engkau sengaja membikin murung hatinya disebabkan oleh keramahan padanya, sedangkan mereka sama seperti dirimu, mereka merasa sebagaimana engkau juga punya perasaan.
         Akan tetapi, barangsiapa yang melihat pada kenyataan sekarang ini, dirinya akan kaget melihat betapa rendahnya akhlak yang ada dilingkungan masyarakat Islam dalam derap kehidupan nyata. Bahkan yang lebih parah, ada orang yang silau dengan gemerlap peradaban barat lalu menjiplak mentah-mentah perilaku mereka, yang selanjutnya menularkan pada kaum muslimin, baik yang positif maupun negatifnya.
       Adapun kami kaum muslimin, dengan adanya ajakan dan tuntutan zaman, dengan kemajuan dan peradaban, tetap mengambil manfaat dari adanya kemajuan teknologi dan produksi, dan menerima adanya penelitian dan kecakapan. Namun, kami tetap mengucapkan dengan bahasa seorang muslim yang jujur dan cemburu terhadap ajarannya, tidak goyah dengan sampah adat dan kebiasaan orang barat yang mengikis habis akhlak dengan slogan ompongnya 'kebebasan' dan ajakan untuk menuntut persamaan hak-hak wanita.
       Mereka menyatakan; 'Karena membungkus kemulian, dan menjaga terhadap aurat, kehormatan serta budi pekerti yang luhur dalam bingkai peradaban dan sangkaan kemajuan, sebuah kemunduran', maka itu semua adalah tipu daya semu yang telah terbongkar keburukannya, yang tidak terselubung lagi, melainkan bagi orang yang lalai dan senang memprediksi dalam pola pikirnya atau memang hatinya sudah akut oleh penyakit hati.
        Sesungguhnya di dalam akhlak dan adab yang kami miliki sebagai seorang muslim, bahkan hal tersebut juga merupakan bagian dari adat dan kebiasaan kami sebagai seorang arab, tidak pernah membiarkan hatinya penuh dengan sifat senang berbangga diri dan merasa lebih mulia, dan tinggi serta berkuasa. Karena Allah telah memilihkan pada kita kedudukan dan tempat yang lebih mulia dari itu semua, sebagaimana hal itu tergambar dalam sebuah firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَٰكُمۡ أُمَّةٗ وَسَطٗا لِّتَكُونُواْ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيۡكُمۡ شَهِيدٗاۗ . (سورة البقرة 143)  .
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu".  (QS al-Baqarah: 143).

        Sekarang aku bertanya kepada anda, apakah kedudukan seperti ini layak disandang oleh tindakan sebagian orang yang telah lalai, baik laki maupun wanita, yang senang mengekor dan menyerupai orang kafir dan para pelaku kesyirikan di dalam adat kebiasaan, cara berpakaian dan berbagai kotoran sampah akhlak, perilaku mereka?
       Maka engkau duhai seorang muslim, harus menjadi orang yang diikuti dan diambil contohnya bukan malah mengikuti, sebagai pemimpin bukan yang terpimpin. Di iringi bersama dengan kejernihan aqidah dan keteguhan prinsip ajaran agamamu, serta ajaran-ajaran luhur agamamu, lalu di barengi dengan keindahan akhlakmu. Kenapa kita tidak bangga dengan menjadi sosok pribadi seorang muslim? Kenapa kita tidak tunjukan pada seluruh dunia bahwa kita adalah para penganut agama yang mengajarkan akhlak yang luhur?
       Dan kita mempunyai Shibghah[3] khusus yang membedakan antara kita dengan yang lainnya, sebagaimana yang dikatakan oleh Allah Ta'ala dalam firmanNya:     

قال الله تعالى: ﴿ صِبۡغَةَ ٱللَّهِ وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ ٱللَّهِ صِبۡغَةٗۖ وَنَحۡنُ لَهُۥ عَٰبِدُونَ  (سورة البقرة : 138) 
"Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah".  (QS al-Baqarah: 138).

MARI KITA MERENUNG SEJENAK
        Sungguh, pada dasarnya kita memiliki simpanan yang luar biasa banyaknya, bukan dari emas bukan pula perak namun simpanan tersebut adalah keimanan. Namun yang kita inginkan adalah keimanan dalam aplikasi nyata bukan hanya teori. Keimanan yang berbuah manis, yang mampu mengolesi seluruh relung hati sehingga bisa mendorong kenikmatannya dalam tingkah laku seorang muslim, baik dalam ucapan maupun perbuatannya demikian pula dalam sifat-sifat yang terpuji lainnya. Hingga orang yang telah merasakan manisnya iman tersebut akan memahami hakekat makna istiqomah dan berpegang teguh pada ajaran agama yang sebenarnya, lalu mempengaruhi tingkah laku perbuatannya, kejujuran dan pergaulannya bersama orang lain.
       Sejarah telah menorehkan pada kita, sebuah kenyataan yang mengatakan bahwa Islam telah mampu menyebar kesebelah selatan wilayah India, Silan dan pulau Maldiv serta pinggiran negeri Cina, Pilipina, Indonesia, dan masuk didataran Afrika, sejarah mengatakan bahwa Islam masuk melalui para saudagar muslim yang berdagang kesana.
       Namun, perlu digaris bawahi, bahwa mereka itu bukanlah muslim biasa akan tetapi mereka itu adalah para muslim sejati. Mereka tidak mempengaruhi para penduduknya agar mau masuk Islam dengan cara mengiming-imingi dan memberi dinar serta dirham, namun yang mereka lakukan adalah dengan menjasadkan Islam dalam tingkah pergaulan mereka, dalam bentuk amanah dan kejujuran. Maka manusia merasa takjub dengan akhlak yang mulia ini, sehingga mereka mencoba mencari dan bertanya dari mana sumbernya, lalu setelah itu, mereka pun masuk Islam dengan keyakinan penuh dan keinginan sendiri tanpa ada pemaksaan.
      Oleh karena itu, sesungguhnya termasuk salah satu sarana terbesar untuk bisa mempengaruhi jiwa adalah mau beda dalam pergaulan, yaitu dengan menggunakan akhlak luhur yang bisa menjadi suri tauladan yang bagus. Bahkan bisa dikatakan bahwa hal tersebut merupakan salah satu sarana terbesar tersebarnya Islam diseluruh belahan bumi.
       Siapa yang membaca serta mau memperhatikan siroh perjalanan manusia pilihan, Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, dirinya pasti akan mendapati, bahwasannya termasuk kebiasaan beliau adalah selalu mempergauli manusia dengan cara akhlak yang mulia, dan hal itu beliau lakukan pada setiap keadaannya. Terlebih ketika berdakwah mengajak orang lain kepada Allah Ta'ala, sehingga manusia mau menerima dan masuk ke agama Allah secara berbondong-bondong, yang semua itu merupakan keutamaan Allah kemudian berkat kemuliaan akhlak yang beliau miliki.
         Berapa banyak orang yang masuk Islam disebabkan awalnya karena dipergauli dengan akhlak yang agung? Simaklah kisah ini, ada seorang Sahabat yang masuk Islam, setelah itu dia mengatakan: 'Demi Allah, tidak ada dimuka bumi ini wajah yang paling aku benci melainkan wajahmu, namun sekarang, wajahmu menjadi wajah yang paling aku cintai'.
        Ada lagi yang mengatakan, tatkala dirinya masuk Islam: 'Ya Allah, rahmatilah diriku dan Muhammad saja, jangan Engkau rahmati yang lainnya'. Dirinya mengatakan hal tersebut karena begitu takjubnya dengan kelembutan yang diberikan oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Namun Nabi tidak mau membatasi kasih sayangnya Allah yang sangat luas tak bertepi, sehingga tatkala mendengar perkataan tersebut, beliau bersabda: 'Sungguh kamu telah membatasi rahmat (Allah) yang sangat luas'.[4]
        Yang lain lagi mengatakan, ketika mendapati keindahan akhak dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam; 'Bapak, ibuku sebagai tebusannya. Sungguh aku tidak pernah melihat sebelum ini tidak pula setelahnya, seorang pendidik yang lebih baik dari cara mendidik beliau'. HR Muslim.
        Bahkan ada yang begitu mendapati ketulusan akhlak Nabi, dirinya langsung pulang ke kampungnya lalu menyeru kaumnya: 'Wahai kaumku, masuklah Islam. Sesungguhnya Muhammad telah memberi dengan pemberian yang dirinya tidak takut miskin'. HR Muslim.
        Dalam kesempatan lain, ada yang mengatakan; 'Sungguh demi Allah, Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam telah memberiku dengan pemberian, yang padahal dirinya adalah orang yang paling aku benci sebelumnya, akan tetapi kemarin beliau memberiku sampai sekiranya beliau menjadi orang yang paling aku cintai'. HR Muslim.
        Yang berikutnya mengatakan, setelah mendapati kelembutan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam; 'Aku datang dari sisi manusia terbaik'. Kemudian setelah itu ia pulang dan mengajak kaumnya untuk masuk Islam, dan telah masuk Islam melalui tangannya jumlah yang sangat banyak sekali.
        Dan contoh-contoh seperti ini sangat banyak sekali dijumpai dalam sejarah perjalanan hidup Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Seorang penyair mengatakan:

Setiap perkara akan berakhir masanya
                       Kecuali pujian, sesunguhnya ia akan tetap langgeng

Kalau sekiranya ada pilihan untukku
                                Tentu akan aku pilih akhlak yang mulia
       Salah seorang ikhwah pernah bercerita kepadaku; 'Ada beberapa pemuda dari negeri Arab yang sedang berada disalah satu negeri barat, mereka berkumpul sepakat untuk menyewa sebuah apartemen yang dimiliki seorang wanita yang sudah agak tua, tatkala sudah selesai masa kontraknya mereka menolak untuk membayar sewa, lalu kabur dengan berdalih bahwa perempuan tua, sang pemilik rumah tersebut adalah orang kafir, dan mereka -maksudnya orang kafir- yang telah merampas harta kami, salah satunya Arab'.
        Maka saya hanya mengucap Subahanallah (Maha Suci Allah), dengan dalih pikiran semacam apa, dan dengan akal seperti apa mereka sampai memperlakukan orang-orang tersebut dengan cara seperti itu? Sesungguhnya itu hanya hawa nafsu dan kebodohan dengan ajaran adab yang ada pada agama ini. Bukankah para ulama telah membuat bab secara khusus dalam buku-buku aqidah maupun fikih yang menjelaskan bagaimana seorang muslim berinteraksi bersama non muslim? Interaksi bersama orang kafir yang memerangi muslimin dan kafir yang tidak memerangi kaum muslimin?
       Bagaimana mungkin kita ingin membanggakan Islam, sedangkan pribadi kita sendiri telah bodoh terhadap hukum-hukum dan menyelisihi adab-adabnya?
        Lalu ikhwah tadi melanjutkan kisahnya; 'Sebelumnya aku tidak mengetahuinya, namun pada saat itu aku ingin menyewa apartemen dari perempuan tua tadi, akan tetapi, dia langsung menolaknya. Terlebih ketika dirinya tahu kalau saya adalah seorang muslim. Wanita itu mengatakan; 'Kalian orang muslim, semuanya adalah pencuri'. Saya pun penasaran, sehingga saya tanyakan apa penyebabnya, kok bisa sampai pada tuduhan semacam ini? Maka dirinya menceritakan panjang lebar kejadian dirinya bersama para pemuda tersebut.
      Dari situ, timbul semangatku untuk merubah gambaran dalam benak mereka tentang seorang muslim. Dan setelah perjuangan dan usaha keras, serta perjanjian untuk membayar sewa lebih dulu maka wanita tersebut menyetujui untuk menyewakan apartemennya padaku, aku pun menyetujuinya walaupun harganya sedikit di naikkan.
       Akupun tinggal disitu, selanjutnya aku senantiasa memberi sedikit bantuan kepadanya, serta menampakan adab-adab Islam yang luhur dihadapannya. Aku usahakan semampuku untuk selalu berhias dengan keutamaan akhlak sambil sesekali aku jelaskan padanya bahwa ini merupakan bagian dari adab seorang muslim. Dan menjelaskan padanya bahwa agama kami sangat menganjurkan pada penganutnya untuk berhias dengan akhlak seperti ini.
       Tatkala sudah saatnya aku pulang, berada pada waktu berpisah dengannya, maka dia mengatakan padaku dengan air mata yang menetes; 'Wahai anakku, wasiatku padamu agar jangan mati melainkan berada diatas agama ini'. Disini akhir dari kisah temanku tadi.
        Semoga Allah merahmati Ali bin Asma' tatkala ajal telah menghampiri, dirinya mengumpulkan anak-anaknya lalu memberi pesan padanya; 'Duhai anakku, wasiatku padamu, pergaulilah manusia dengan pergaulan, yang jika kalian masih hidup mereka menyayangi kalian dan bila engkau meninggal mereka merasa kehilangan dan menangisimu'.
        Para pembaca yang budiman, dunia ini hanyalah rentetan peristiwa yang selalu memunculkan hal yang baru, maka jika dirimu mampu untuk menjadi bagian dari kejadian tersebut lakukanlah perkara yang terbaik. Sesungguhnya kita sekarang ini, butuh pada orang yang mampu membahasakan ajaran dan prinsip Islam di dalam gerak tingkah lakunya, bisa menerjemahkan keutamaan dan adab-adab Islam didalam gerak maupun ketika diamnya, sampai hal tersebut dilakukan manakala berhadapan dengan orang kafir.
       Diantara hal terpenting dalam rangka menampakan hubungan baik antara muslim dan kafir yang tidak sedang memerangi kaum muslimin, adalah mencegah perbuatan yang menyakiti mereka dan tidak mengambil harta dan hak-hak mereka. Sambil dibarengi dengan budi pekerti yang luhur tatkala bersamanya, mulai dari jujur, amanah dan lain sebagainya, dari berbagai bentuk keindahan akhlak Islam yang terpuji. Di samping itu juga dibolehkan kita berbuat kebajikan dengan saling memberi pada mereka.
        Di dalam shahih Bukhari disebutkan bahwa Umar bin Khatab pernah memberi hadiah sebuah pakaian kepada saudaranya yang masih kafir di Makkah, sedangkan baju tersebut adalah pemberian dari Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam.
        Masih dalam shahih Bukhari, disebutkan bahwa Abdullah bin Umar, pernah suatu hari menyembelih seekor kambing untuk dimakan bersama keluarganya, maka tatkala sudah siap dan disajikan dihadapannya, beliau bertanya; 'Apakah kalian telah menyisakan untuk tetangga kita Yahudi itu? Karena aku pernah mendengar dari Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَازَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ)) [ رواه البخاري]
"Tidak henti-hentinya Jibril mewasiatkan padaku akan tetanggaku, sampai-sampai aku menyangka bahwa tetanggaku itu akan mewarisi peninggalanku". HR Bukhari.
        Kenapa Jibril selalu mengingatkannya, karena adanya hubungan yang sangat erat dengan yang namanya akhlak.
       Akan tetapi perlu menjadi catatan, dan saya peringatkan agar jangan sampai terjadi kerancuan dalam pemahaman. Yaitu harus dibedakan antara pergaulan yang baik dan berbudi pekerti yang luhur, antara berbuat baik dan kebajikan kepada orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin, itu berbeda dengan sikap loyalitas, cinta dan sayang pada mereka. Atau juga jangan keliru memahami, bahwa dia dilegalkan untuk lebih mendahulukan orang kafir daripada sesama muslim, atau terlalu jauh masuk pada basa basi tentang agama dan aqidahmu, berdalih toleransi beragama, seperti halnya dengan mengucapkan hari raya mereka, atau memberi hadiah dalam rangka karena mereka sedang merayakan hari raya agamanya atau yang lainnya. Maka yang terakhir ini, semuanya adalah haram tidak diperbolehkan. Sandaran yang mendasarinya adalah nash-nash dari al-Qur'an dan Sunnah, serta perkataannya para ulama Salaf semoga Allah meridhoi mereka semua.
       Hanya saja yang saya bahas dalam masalah ini adalah interaksi antar sesama muslim dengan muslim yang lainnya. Adapun pergaulan bersama orang lain dari kalangan non muslim, maka hal tersebut memiliki kaidah dan ketentuan tertentu yang sudah paten.

AKHLAK MAMPU MENCIPTAKAN HAL YANG MENAKJUBKAN
         Sesungguhnya sebuah hati, walau bagaimanapun, dan betapapun pemiliknya sampai pada tingkatan kerusakan dekadensi moral, sombong, membangkang serta kekurangan yang lainnya, pasti didalamnya masih tersisa kebaikan yang sangat banyak, yang terkadang pada awalnya tidak terlihat oleh pandangan mata. Maka, cobalah sedikit kecenderungan atas kesalahan mereka, dan sedikit beri kasih sayang yang hakiki pada mereka, serta sedikit perhatian atas mereka. Kita akan mampu merubah, meraba sisi kebaikan yang tidak tersentuh sebelumnya dari dalam sanubari mereka.
        Mulailah dengan memberi salam pada mereka, tatkala pertama kali bertemu dengannya, lalu berilah senyuman yang dibarengi pujian atas kebaikan yang pernah mereka lakukan. Namun sebelum itu, jadilah seorang yang jujur dan ikhlas, bukan karena dibuat-buat tidak pula hanya sekedar basa basi. Sehingga disisinya, akan tercurat air mata kebaikan dari dalam jiwa mereka, engkau akan merasakan kecintaan dan kepercayaan mereka padamu, itu baru sedikit amalan yang kamu berikan padanya. Dan hal ini, telah banyak orang yang mencobanya.
        Saya mempunyai pengalaman pribadi, selaras dengan masalah ini. Pada suatu waktu aku pernah bertemu dengan salah seorang diantara mereka (para pelaku maksiat) maka saya mulai dengan memberi salam padanya, lalu tersenyum dan memuji sifat baik yang ada didalam kepribadiannya, dan saya katakan hal itu secara tulus. Maka tidak perlu menunggu, dirinya mulai menampakkan kebaikan dan terketuk hatinya. Lalu mengganti presepsiku karena dirinya mulai terbuka yang menunjukan bahwa dirinya mempunyai hati yang lembut, perasaannya cepat terketuk sehingga mudah menetaskan air mata, menyesali perjalanan hidupnya yang gelap penuh dengan maksiat dan syahwat. Lantas dirinya mengadu, dengan tidak nyaman terhadap sebagian orang para pemberi nasehat yang sedikit kasar dan terburu-buru.

Saudaraku..
          Betapa kita telah salah menilai seseorang hanya karena melihat pada penampilan luarnya saja. Dan sebuah kisah bisa kita jadikan pelajaran, dari Amr bin al-Ash radhiyallahu 'anhu menceritakan tentang dirinya sendiri, sebelum masuk Islam. simaklah; 'Sungguh tidak ada dalam benakku, yang lebih aku benci daripada Rasulallah, aku sangat berharap, dan senang bila aku punya kesempatan untuk menikam lalu membunuhnya'. Ini sebelum dirinya masuk Islam, namun perhatikan tatkala dirinya sudah masuk Islam dan telah mengetahui pribadi Rasul secara lebih dekat, maka dia mengatakan; 'Tidak ada orang yang lebih aku cintai daripada pribadi Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam, dan tidak ada yang lebih mulia dihadapanku melainkan beliau, sehingga aku tidak sanggup lagi melepas pandanganku padanya karena rasa pengagungan, kalau sekiranya kamu bertanya agar aku mensifati pribadinya maka aku tidak mampu, karena aku tidak pernah memandangi dirinya'. Sebagaimana yang ada dalam shahih Muslim.
          Pada kenyataannya kita seringkali berbuat dhalim terhadap jiwa kita, kemudian berlanjut dengan mendhalimi orang lain yaitu manakala kita langsung mendendam terhadap mereka serta merasa ketakutan dari mereka. Oleh karenanya, solusi dari ini semua adalah kita tumbuhkan didalam sanubari kita bibit kasih sayang, dan cinta pada orang lain, serta sabar atas tingkah perbuatan mereka.    Ringkasnya yaitu ada pada akhlak yang luhur dan mempunyai seni cara bergaul dan berinteraksi bersama orang lain.
Duhai ahli Qur'an, tidakkah kita pernah membaca didalam al-Qur'an firman Allah Azza wa jalla:
قال الله تعالى: ﴿ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا  (سورة البقرة 83) .
"Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia..".  (QS al-Baqarah: 83).
Demikian juga, bukankah kita pernah membaca firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُواْ ٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ يَنزَغُ بَيۡنَهُمۡۚ (سورة الإسراء 53) .
"Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka".  (QS al-Israa': 53).

          Didalam ayat pertama disuruh agar mengucapkan kata-kata yang baik pada manusia, kemudian dalam ayat yang berikutnya perintah untuk mengucapkan perkataan yang lebih baik lagi pada mereka. Lantas dimana keadaan kita dari ucapan yang baik terlebih lagi dari ucapan yang lebih baik lagi. Sedangkan perintah itu juga didukung oleh sabda Nabi Shalalallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah sabdanya:
قَالَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ » [ رواه مسلم ].
"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat baik pada segala sesuatu, maka apabila kalian membunuh, bunuh dengan cara yang baik. Dan bila kalian menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang bagus, yaitu dengan menajamkan pisau dan membikin nyaman sembelihan". HR Muslim.

        Apabila kasih sayang dan kebaikan sampai pada tingkatan seperti ini, yaitu berlemah lembut serta berinteraksi dengan baik sampai kiranya dengan binatang, lantas bagaimana dengan bentuk kasih sayang dan kebaikan yang harus disalurkan kepada bani Insan?
         Berkata salah seroang ikhwah, menceritakan kejadian yang pernah dialaminya sendiri; 'Pada musim hujan pernah saya berjalan mengendari mobilku, lalu saya melewati sebuah jalan berlubang yang banyak airnya, sedangkan saya kurang perhatian akan hal itu. Maka begitu lewat air berhamburan kekanan dan kira, naas disitu ada beberapa orang yang sedang duduk-duduk dipinggir jalan, dan yang paling parah adalah mengenai seorang pemuda. Akupun begitu panik melihat kejadian itu, apalagi nasib pemuda itu yang telah berubah fisiknya, bajunya yang putih telah berubah hitam lumpur, rambutnya tidak ketinggalan penuh dengan air berlumpur, maka cepat-cepat aku hentikan mobil dan kembali pada mereka, lalu keluar, tidak ada yang aku perhatikan melainkan suara celaan, hardikan dan kemarahan mereka serta kata-kata jorok padaku. Aku lalu jelaskan pada mereka bahwa aku seorang muslim, dan minta maaf atas kejadian ini. Tidak selang berapa lama Subhanallah yang Maha membolak balikkan hati manusia, maka celaan dan kemarahan tersebut berubah sapaan salam, bahkan ajakan untuk makan bersama dan persaudaraan dan persahabatan hangat'. Selesai ceritanya dari sini.

Saudaraku yang saya cintai..
          Aku katakan secara simpel, bahwa akhlak bisa menciptakan sesuatu yang menakjubkan. Kebanyakan dari kita salah menilai manakala kita meninggalkan sebagian orang hanya karena kita merasa lebih suci dari mereka atau mengaku lebih bersih hatinya, dan lebih cerdas daripada akal mereka.
        Berkata seorang laki-laki pada Abdullah bin Mubarak; 'Berilah aku wejangan'. Maka beliau mengatakan: 'Bila engkau keluar rumah maka jangan melebarkan pandanganmu pada seorangpun, melainkan bila engkau melihat dia lebih baik darimu'. Maknanya bukan berarti kita disuruh agar melepas prinsip dan ajaran agung kita, melunak atau basa basi, bukan itu, namun itu semua bagian dari sikap bijak, dalam memberi wejangan yang baik serta seni dalam cara bergaul bersama orang lain'. Ringkasan yang terangkum dari risalah yang berjudul 'Afrahu Ruh'.
Saudaraku yang saya cintai…
         Perhatikan pada seni cara bergaul serta budi pekerti yang luhur apa yang akan diperbuat. Inilah Ikrimah bin Abi Jahal, dirinya mewarisi permusuhan terhadap Islam dari bapaknya, ia bunuh setiap muslim yang ia temui dimanapun tempatnya. Pada penaklukan Makah kaum muslimin mampu mengalahkan kaumnya, diapun melarikan diri ke Yaman, setelah sebelumnya menghadiahkan kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam darah kaum muslimin.
       Kemudian datang istrinya Ummu Hakim kepada Rasulallah menyatakan keislamannya, serta memohon jaminan keamanan kepada suaminya. Maka Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam –Bapak ibuku sebagi tebusannya- berkata kepadanya: 'Dia aman, lantas beliau mengatakan pada para Sahabat yang ada disekelilingnya; 'Akan datang Ikrimah bin Abi Jahal dalam keadaan mukmin dan berhijrah, maka jangan kalian maki bapaknya, karena mencela mayit akan melukai orang yang masih hidup dan tidak akan sampai pada si mayit'. Lalu tidak berapa lama, betul Ikrimah datang lantas berdiri dihadapan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, dan mengatakan; 'Aku bersaksi bahwasannya tidak ilah yang berhak disembah melainkan Allah, dan bersaksi bahwa engkau adalah hamba dan RasulNya. Engkau adalah orang yang paling baik, jujur dan amanah diantara manusia. Adapun demi Allah, Ya Rasulallah, tidak ada harta yang aku tinggalkan yang aku keluarkan untuk menentang agama Allah melainkan sekarang aku keluarkan seluruhnya untuk agama Allah, tidak ada peperangan yang aku ikuti untuk menentang agama Allah melainkan aku menyesali dan bertaubat'.
         Sebuah sentuhan tangan lembut Nabi pembawa rahmat, bisa merubah anak Fir'aun dari umat ini menjadi barisan wali-wali Allah, dan menjadikan dirinya menyesali segala perbuatannya dan berazam dengan azam yang begitu terpuji, merubah dari keadaan sebelumnya menjadi manusia terbaik. Sungguh akhlak bisa menciptakan sesuatu yang menakjubkan.


NASEHAT BAGI PARA PEGAWAI
        Duhai para pegawai, apapun kedudukanmu, dan dimanapun kalian berada. Sesungguhnya tidaklah engkau bisa duduk diposisimu sekarang ini, melainkan karena engkau mempunyai tugas yaitu mengurusi keperluan orang banyak, membantu kebutuhan mereka serta mengemban amanah yang ada dipundakmu.
     Tidakkah engkau lihat bahwa dengan sebab sambutan yang baik, sambil tersenyum serta menampakan kesungguhan ingin membantu keperluan mereka akan menguasai hati mereka walaupun keperluan mereka tidak bisa beres pada saat itu. Bahkan bisa jadi mereka meninggalkan dirimu dengan sanubari yang lapang, sambil diiringi alunan pujian dan do'a dari lisannya, lebih dari itu, bisa jadi mereka memuji serta mengangkat derajatmu dimatanya dengan menyebut namamu ditiap majelis. Semua ini engkau dapat walaupun urusan mereka belum bisa selesai semuanya, engkau mampu menguasai mereka dengan sebab akhlak yang indah, lalu bagaimana sekiranya jikalau dirimu mampu membantu menyelesaikan dan mempermudah urusan mereka.
Saudaraku yang saya cintai…
        Lihat pada hasil ini yang telah engkau capai, dirimu mampu mengumpulkan hati dan sebutan yang baik, dan sebelum itu semua dirimu telah memperoleh ridho Allah Azza wa jalla. Bukankah Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( تبسمك في وجه أخيك لك صدقة)) [رواه الترمذي]
"Dan senyum yang engkau berikan kepada saudaramu maka bernilai sedekah". HR at-Tirmidzi dishahihkan oleh al-Bani.
Demikian pula beliau juga pernah bersabda:
قَالَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ )) [ رواه البخاري]
"Dan ucapan yang baik adalah sedekah". HR Bukhari.
Dan beliau juga bersabda:
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ ))  [رواه البخاري]
"Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya". HR Bukhari. 
Bukankah pula, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : (( وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ ))  [رواه مسلم و الترمذي وغيرهما]
"Allah akan senantiasa menolong hambaNya, selagi hambaNya tersebut mau menolong saudaranya". HR Muslim dan Timidzi serta selain keduanya.
Dan juga bersabda:
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( وخير الناس أنفعهم للناس )) [حسن صحيح ].
 "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bisa memberi manfaat pada orang lain". Hadits hasan shahih.[5]
       Dari sini, maka engkau bisa pahami, duhai para pegawai, bahwa dirimu sedang menunaikan ibadah sedangkan dirimu berada dibelakang meja kerja, cukup hanya dengan meminta pertolongan Allah dan memperbaiki serta mengikhlaskan niat kepada Allah, lalu dibarengi dengan sikap berbudi pekerti yang luhur dan bersemangat untuk bisa memberi pada orang lain, maka engkau akan mendapatkan taufik dari Allah dunia akhirat. Didunia dengan sebutan, predikat, pujian dan penghargaan yang baik dari orang lain, sedangkan diakhirat kelak, memperoleh pahala yang besar dari Allah yang Maha Mengetahui. Dan ini hanya dari sisi pekerjaan dan tugasmu, akan memperoleh pahala dan ghonimah. Dan orang yang mendapat taufik adalah yang diberi taufik oleh Allah Tabaraka wa ta'ala.
         Mungkin engkau akan mengeluh, sembari mengatakan, orang tidak akan senang melainkan bila keinginan mereka terpenuhi, dan kemauannya bisa diselesaikan. Bahkan bisa jadi, kamu juga mengatakan, kalau ukuran orang pada hari ini, di dalam menghukumi orang lain itu hanya berada pada kepentingan pribadinya saja.
        Saya katakan padamu, benar, inilah kenyataan yang ada. Dan kita tidak sedang berusaha untuk melepas jati diri kita, akan tetapi, taruhlah sekarang kamu telah berusaha dengan segala kemampuan, dan mempergauli mereka dengan akhlak yang baik, sedangkan mereka masih belum juga ridho denganmu, bukankah telah mencukupi dirimu dengan keridhoan Allah atasmu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah engkau usahakan dengan segala kemampuanmu, maka ganjaran yang akan engkau peroleh, Allah lah yang menjaminnya.
       Apabila orang lain masih juga belum ridho denganmu, ingatlah selalu, bahwa barangsiapa yang mencari keridhoan Allah dengan kemarahan orang, maka Allah akan ridho kepadanya, dan menjadikan manusia ridho kepadanya. Semangatlah didalam menetapi akhlak yang mulia serta tata cara bergaul yang baik bersama manusia, karena sesungguhnya Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, sebagaimana yang ada di dalam shahih Bukhari dan Muslim:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: « خِيَارِكُمْ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا ».  [رواه البخاري ومسلم]
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya diantara kalian ". HR Bukhari dan Muslim.
       Duhai para penggemban tugas dan kedudukan, dirimu telah diberi rizki oleh Allah. Ketahuilah bahwa cara mengeluarkan zakatnya adalah dengan memberi pertolongan dan bantuan pada orang-orang yang sedang membutuhkan dengan catatan jangan sampai mengurangi hak-hak orang lain. Karena sesungguhnya syafa'at (pertolongan) termasuk bagian dari bentuk ibadah yang sangat agung jika dibarengi dengan tujuan mencari wajah Allah Tabaraka wa ta'ala.   
       Hasan bin Sahl pernah menulis sebuah surat rekomendasi bantuan, maka orang yang mendapatkannya sangat berterima kasih padanya. Lalu Hasan mengatakan padanya; 'Wahai kisanak, engkau berterima kasih kepada kami, sedangkan kami memandang bahwa dengan cara seperti ini adalah zakat bagi kehormatan kami'. Lalu beliau melantunkan bait syair:
Telah wajib zakat untukku, bagi semua yang aku miliki
                                           Dan zakat kedudukan adalah dengan membantu dan menolong

Maka jika mampu aku usahakan walaupun belum bisa
                                 Berusahalah dengan kemampuanmu bisa memberi manfa'at pada orang

NASEHAT UNTUK PARA PENGAJAR
        Duhai para guru, laki dan perempuan. Sesungguhnya telah shahih dalam sebuah hadits, dimana Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: (( إن الله وملائكته وأهل السموات والأرضين حتى النملة في حجرها على معلم الناس الخير))  [رواه الترمذي]
"Sesungguhnya Allah, para malaikat serta seluruh penduduk langit dan bumi sampai kiranya semuat didalam sarangnya, mereka semua bershalawat (mendo'akan) kepada orang yang mengajari manusia kebaikan". HR Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-AlBani.
Dalam hadits yang lain, Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: « مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا » [رواه مسلم و أبو داود والترمذي وابن ماجه].
"Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala semisal pahala orang yang mengikuti petunjuk tersebut tanpa dikurangi pahala mereka sedikitpun". HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah.
       Dan saya mempunyai perasaan bahwa engkau wahai pada pendidik, baik laki maupun perempuan, adalah bagian dari para pengajar kebaikan kepada manusia. Dan termasuk dari kalangan orang yang mengajak kepada petunjuk. Kalian rela duduk menghabiskan waktu berjam-jam, bahkan, berhari-hari, berbulan, berpuluh-puluh tahun bersama anak-anak kaum muslimin.
        Semoga Allah merahmati Abdullah bin Mubarak, dimana beliau pernah mengatakan: 'Kami dengan keberadaan yang kurang sekali dengan adab, sangat membutuhkan pada ilmu yang banyak'.
       Dan cara terbaik, dan mudah serta bagus yang aku ketahui di dalam mendidik orang adalah dengan bersikap tawadhu (rendah diri) dibarengi dengan seni dalam cara bergaul dan berakhlak yang luhur bersama para murid. Namun, hal itu tidak mudah melainkan bagi orang yang telah dikarunia ikhlas oleh Allah Ta'ala di dalam ilmu dan amalnya. Maka kita  memohon kepada Allah yang Maha Pemurah untuk mendapat keutamaanNya.
       Menghargai murid, mengesankan kecintaan yang besar pada mereka, serta tanggap dan memiliki kesungguhan dalam menangani kesulitan, problematika, serta kesedihan yang mereka alami, dengan memberi toleransi terhadap kesalahan yang tidak disengaja, tersenyum, sabar, lembut didalam mengarahkan, didukung dengan pembawaan ilmu yang kuat. Maka ini semua merupakan bagian tanda dari tanda-tanda suksesnya pribadi seorang pendidik.
        Adapun kasar, tertutup, tidak terbuka, enggan untuk diskusi, serta ngotot pada pendapatnya, dan tidak mau mengalah, dengan dalih untuk menjawa kewibawaan pribadinya dihadapan para murid maka itu merupakan pemahaman keliru yang tidak menambah tanah melainkan kotornya.
       Ingatlah, sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut yang mencintai kelembutan, dan memberikan kepada sikap lemah lembut apa yang tidak diberikan kepada sikap kasar, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits yang ada pada shahih Muslim. 
Duhai para pendidik, Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda dalam sebuah hadits yang shahih:
قَالَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم:  « مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ » [رواه مسلم]
"Barangsiapa yang terhalangi dari sikap lemah lembut maka dirinya terhalangi dari kebaikan semuanya". HR Muslim.

        Hati para murid yang setiap harinya duduk dihadapanmu, betapapun sampai pada tingkatan lalai dan kering, namun, ia tetap butuh pada yang namanya sikap lemah lembut dan kasih sayang. Maka sesungguhnya bersikap lemah lembut, berakhlak yang baik, bijak dalam bertutur, dibarengi kalimat yang menyentuh, itu semua bisa menjadi kunci pembuka yang menakjubkan didalam mengambil hati orang dan mengarahkan mereka.
        Akan tetapi, berapa banyakpun ibroh yang telah diberikan –maka selalu saya katakan satu kali, tiga sampai sepuluh- semuanya ada pada keikhlasan kepada Allah Ta'ala, sehingga barangsiapa yang telah mendapatkan maka ia akan mendapatkan kebaikan yang sangat banyak. Seperti diucapkan dalam sebuah ungkapan; 'Tidak sama orang yang menangis karena keinginan sendiri dengan orang yang menangis karena dibayar'. Dan Orang yang cerdas cukup hanya dengan isyarat.

APAKAH MUNGKIN BISA MENGUBAH AKHLAK KITA

         Mungkin ada sebagian orang yang mengatakan, dulu mudaku sudah seperti itu, maka sekarang aku sudah tidak mampu lagi merubah akhlakku. Sedangkan disana ada sebagian lagi yang mengira bahwa yang namanya akhlak adalah sesuatu yang sudah menetap disanubari seorang insan, yang tidak mungkin lagi bisa berubah, dengan sangkaan bahwa itu merupakan watak, fitrah dasar seorang manusia dan tabiat pembawaan orang. Sebagian lagi mengira, bahwa akhlak adalah suatu hal yang bisa dirubah, dan hal itu, mudah bukan suatu hal yang mustahil.
       Yang benar bahwa akhlak itu terbagi menjadi dua. Salah satunya adalah yang bersifat tabiat pembawan lahir, dan yang satunya lagi adalah dengan cara berusaha, membiasakan diri untuk berakhlak yang baik dan bersungguh untuk menetapi hal tersebut.
       Sehingga, kalaulah sekiranya akhlak sesuatu yang tidak mungkin bisa berubah tentu akan ada banyak sekali wasiat dan wejangan yang gugur. Yaitu manakala Allah Azza wa jalla berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ ôs% yxn=øùr& `tB 4ª1ts?  (سورة الأعلى: 14) .
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)".  (QS al-A'laa: 14).
Dan juga dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y  (سورة الشمس : 9) .
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu".  (QS asy-Syams: 9).
       Dan sebuah ungkapan salaf: "Hanyalah ilmu itu dengan belajar, dan sikap lemah lembut dengan latihan berlemah lembut. Maka barangsiapa yang memilih kebaikan, ia pasti akan memperolehnya. Dan barangsiapa yang berlindung dari kejelekan, ia akan dilindungi".
     Siapa yang memperhatikan kelakuan binatang serta keadaannya sebelum diajari dan setelahnya, pasti ia akan mendapati bahwasannya akhlak disisi manusia dapat dirubah bagi siapa yang karunia dengan keinginan dan kesungguhan yang kuat. Dengan selalu menjadikan pembawaan dirinya diatas budi pekerti yang luhur dan mulia.
       Berkata Ibnu Hazm menceritakan tentang uji coba yang pernah beliau lakukan, yaitu usahanya untuk mengatasi beberapa kekurangan yang ada pada dirinya, serta hasil yang akan diperoleh bagi siapa saja yang berani melakukannya. Beliau mengatakan: 'Di dalam masalah kekurangan, maka saya atasi dengan senantiasa melatih jiwa serta membaca dan memahami perkataan para Nabi Shalawatullah 'alaihim. Dan memahami perkataan orang bijak dari kalangan ulama yang terdahulu dan belakangan didalam masalah akhlak, dan adab  melatih jiwa, itu sangat membantu sekali, hingga kiranya Allah banyak memberi pertolongan akan hal itu, tentunya berkat taufik dan karuniaNya. Keadilan yang sempurna, melatih jiwa, serta berbuat sesuatu, seperti halnya mau mengakui kekurangan yang ada padanya sebagi teguran bagi orang yang bisa mengambil pelajaran. Insya Allah'.
        Kemudian beliau membagi beberapa macam bentuk kekurangan yang ada pada dirinya, kalau sekiranya tidak merasa terlalu panjang tentu akan saya nukilkan semuanya karena ada begitu banyak faidah yang bisa kita ambil. Namun, saya cukupkan saja, bagi siapa yang ingin lebih jauh silahkan lihat kitabnya yang berjudul 'Al-Akhlaq wa Siyar fii Mudawatin Nafsi'.
        Kemudian beliau mengatakan; 'Dan diantaranya –maksudnya aib, kekurangan- mendendam yang berlebihan, maka aku mampu mengekangnya berkata pertolongan Allah Ta'ala, dengan menutupi dan mengalahkan untuk lebih jauh, adapun untuk memutusnya sama sekali maka aku belum sanggup. Menyulitkan diriku untuk bisa jujur kepada orang yang memusuhiku dengan permusuhan yang benar'. Dari sini selesai perkataan beliau rahimahullah.
        Ada seorang ikhwah yang bercerita kepadaku; 'Pernah pada suatu ketika, mampir di dalam hatiku sesuatu yang sangat besar, mengarah pada salah seorang saudaraku, karena sebab rizki yang telah Allah berikan padanya. Senantiasa setan membisikan pada jiwaku yang lemah ini, sedangkan diriku, maka aku mencoba untuk mengoreksi dan memperhatikannya, namun hal itu, seringkali terlintas dalam benak dan pikiran, terlebih ketika saya telah begitu siap untuk bisa mendapat rizki yang lebih banyak dari apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya'.
       Dirinya melanjutkan; 'Akupun masih bersama diriku, mencoba mengusir bayang-bayang dan pikiran buruk yang terkadang melintas, dengan mengingatkan padanya keutamaan lapang dada dan mengharapkan kebaikan bagi orang lain, karena sesungguhnya, terkadang aku mencintai bagi mereka apa yang aku cintai untuk diriku sendiri. Kadang aku mengingat bahayanya hasad serta kerusakannya, dan senatiasa aku berusaha minta pertolongan kepada Allah dan mendo'akan dirinya, sampai pada akhirnya jiwaku mampu memenangi gejolak ini, dan sanggup mengatasinya.
       Namun, masih saja aku memikirkannya, mencoba menyibak kejadian ini sampai akhirnya aku temukan bahwa itu semua disebabkan diriku mencoba membiasakan diri lapang dada dan berbaik sangka pada orang lain serta mengharap kebaikan bagi mereka. Dari situ aku rasakan kebahagian serta kelezatan hidup yang menakjubkan, sehingga aku mampu menghadapi urusan serta pekerjaanku dengan hati yang selamat. Dan Allah membuka bagiku perkara yang sangat banyak, dan menakjubkan, segala puji bagiNya atas karunia dan nikmatNya. Yang demikian itu merupakan keutamaan Allah yang diberikan pada siapa yang dikehendakiNya, sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Agung'. Selesai kisahnya dari sini.
        Oleh karena itu, harus ada yang namanya latihan dan olah jiwa, yaitu dengan berusaha dan sabar serta memperhatikan dan melihat dampak dari akibat suatu perkara sebelum berbuat dan minta nasehat pada orang lain dan lain sebagainya dari perkara yang bisa membantu merubah akhlak dan tabiat menuju lebih baik. Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita semua akhlak yang indah sesungguhnya tidak ada yang mampu memberi petunjuk yang lebih baik melainkan Dia Azza wa jalla.



PANAH BURUAN
         Maksud dari judul ini adalah hati, yang dengan menyematkan padanya fadhilah-fadhilah yang menjadikan hati menjadi cenderung belas kasih, yang dengan itu mampu menutupi kekurangan serta meluruskan ketergelinciran. Intinya adalah sifat yang berdampak pada cepatnya hati tersentuh dengan keadaan disekelilingnya. Karena tanpa ada garis besar yang mendasari hal tersebut maka yang namanya keutamaan (sopan santun) dan budi pekerti yang luhur itu sangat banyak sekali bentuknya.
       Bagimu, sidang pembaca yang saya hormati beberapa anak panah yang melesat cepat manakala engkau lepas dari busurnya, untuk bisa menguasai dan mempunyai hati yang bersih. Semangatlah didalam mencoba, iringi dengan usaha dan bidiklah sasaran sesuai target lalu barengi dengan meminta pertolongan kepada Allah. Inilah beberapa anak panah tersebut:
A.  Tersenyum

       Pepatah mengatakan senyuman itu bagaikan garam didalam makanan. Senyum merupakan peluru tercepat yang dimiliki oleh sebuah hati, disamping itu senyum juga bagian dari ibadah dan sedekah. Seperti dalam sebuah hadits, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: (( تبسمك في وجه أخيك لك صدقة)) [رواه الترمذي]
"Dan senyum yang engkau berikan pada saudaramu adalah sedekah". HR at-Tirmidzi dishahihkan oleh al-Albani. 
      Seorang Sahabat, Abdullah bin al-Harits radhiyallahu 'anhu menceritakan pada kita, salah satu sifat yang dimiliki oleh Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: 'Tidak pernah aku melihat orang yang paling banyak tersenyum melainkan Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam'. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad didalam musnadnya dengan sanad yang hasan.

B.  Sambut dengan ucapan salam

        Panah yang akan mengena pada hati kelabu, tujuannya supaya buruan yang ada dihadapanmu tertangkap, akan tetapi, sasaran yang paling mengena adalah dengan dibarengi wajah yang cerah dan ceria, mampu menciptakan suasana yang hangat sambil menjabat tangannya secara erat. Dan mengucapkan salam adalah pahala dan keuntungan yang besar, karena sebaik-baik orang adalah yang memulai memberi salam pada sesama muslim.
       Umar an-Nadi, sahabatnya Abdullah bin Umar mengatakan: 'Pada suatu hari aku pernah keluar bersama Ibnu Umar, maka tidaklah beliau menjumpai orang, baik dewasa maupun anak-anak melainkan pasti beliau memberi salam kepada mereka'.  Hasan Bashri mengatakan: 'Berjabat tangan bisa menambah kasih sayang'.
Adapun Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم: (( لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ )) [ رواه مسلم ].
"Janganlah kalian menyepelekan suatu perkara kebaikan sedikitpun, walau hanya engkau berwajah cerah ketika bertemu saudaramu". HR Muslim.
       Dalam riwayat lain, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Malik didalam al-Muwathanya, dijelaskan, bahwa Rasulallah 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( تَصَافَحُوا يَذْهَبْ الْغِلُّ وَتَهَادَوْا تَحَابُّوا وَتَذْهَبْ الشَّحْنَاءُ )) [ رواه مالك في الموطأ, والحديث حسن ].
"Saling berjabat tangan dapat menghilangkan sifat dengki, saling bertukar hadiahlah kalian maka kalian akan saling mencintai dan menghilangkan permusuhan". HR Malik di dalam al-Muwatha. Berkata Ibnu Abdil Barr: 'Hadits ini sanadnya bersambung, yang menjadikan haditsnya hasan'.

C.   Berilah hadiah

       Saling tukar hadiah berdampak pada perkara yang menakjubkan, begitu prestisius sehingga mampu menghilangkan pendengaran, penglihatan dan mata hati.
     Sehingga kebiasaan orang yang sudah berlaku, dengan adanya saling tukar hadiah pada moment-moment tertentu atau acara yang lainnya adalah perkara yang terpuji, bahkan bisa jadi, ia adalah perkara yang dianjurkan, selagi hal itu tidak membebani dirinya diluar batas kemampuannya.
       Ibrahim az-Zuhri mengatakan: 'Aku pernah mengurusi hadiah ayahku, maka beliau menyuruhku untuk menulis orang-orang yang akan menerimannya, mulai dari keluarganya dan orang terdekatnya. Sayapun menunaikan perintahnya. Setelah selesai beliau bertanya padaku; 'Apakah ada yang masih tersisa, yang terlupakan? Saya kira tidak ada, jawabku. Beliau menyergah: 'Ada, yaitu seseorang yang pernah bertemu denganku lalu mengucapkan salam yang indah padaku, sifatnya begini dan begitu. Tulis, baginya adalah sepuluh dinar'.
       Lihat bagaimana dampak dari menunaikan salam yang bagus, maka orang yang mendengarnya ingin membalasnya dengan memberi hadiah sebagai balasan yang setimpal padanya. 


D.  Tidak banyak bicara dan diam, kecuali kalau bermanfaat baru bicara

       Perhatikan sikapmu dari yang namanya mengangkat suara dan banyak bicara didalam suatu majelis, hindari sikap bak seorang tuan dimajelis, yang enggan kalah bicara. Akan tetapi, sematkan selalu pada dirimu kata-kata yang bagus dan bahasa yang lembut. Karena ucapan yang bagus merupakan sedekah, sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadits shahih.
      Tutur kata yang bagus mempunyai dampak yang luar biasa bagi perubahan hati, bahkan dampak itupun bisa berimbas sampai pada musuh, apalagi kalau tutur kata yang bagus tersebut dialamatkan pada saudaramu seagama, tentu akibatnya juga lebih indah.
       Perhatikan kisah ini, Aisyah pernah mengatakan pada salah seorang Yahudi: 'Dan bagimu kematian dan laknat'. Maka Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam langsung menegur, sambil mengatakan:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَهْلًا يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ )) [ رواه البخاري ومسلم ].
"Jangan ucapkan seperti itu wahai Aisyah, sesungguhnya Allah mencintai lemah lembut pada setiap perkara". HR Bukhari dan Muslim.
Di riwayatkan dari Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam, dalam riwayatnya Anas, bahwa dikatakan beliau pernah bersabda:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( عليك بحسن الخلق وطول الصمت فوالذي نفسي بيده ما تجمل الخلائق بمثلهما))  [رواه البزار وأبو يعلى].
"Wajib bagimu untuk berakhlak yang mulia dan jangan banyak bicara. Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, tidak ada yang bisa memperindah (akhlak) seorangpun melainkan dengan dua misal tersebut". Hadits dhaif riwayat al-Bazzar dan Abu Ya'la.

Seorang penyair mengatakan dalam untaian syairnya:
Orang yang wara' adalah yang menjaga lisan
                                      Hati-hati banyak bicara, karena kalau terlanjur susah obatnya

E.   Menjadi pendengar yang baik

        Yaitu dengan tidak memotong pembicaraan orang lain, karena salah satu akhlak Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam adalah tidak suka memotong pembicaraan, namun beliau biarkan sampai orang yang bicara selesai berbicara.
       Siapa orangnya yang berusaha untuk melatih yang satu ini, niscaya dia akan menjadi orang yang dicintai dan disenangi orang lain, berbeda dengan orang yang suka memotong pembicaraan atau senang menyelanya.
       Perhatikan akhlaknya para ulama salaf yang menakjubkan, diriwayatkan dari Atha', bahwa beliau pernah bercerita: 'Sesungguhnya pernah ada seseorang yang mengajak bicara padaku tentang sebuah hadits (yang sudah pernah aku dengar), maka akupun diam, mendengarkan dirinya menceritakan hadits tersebut, seakan-akan aku belum pernah mendengar sebelumnya, padahal diriku sudah mendengarnya sebelum orang tersebut lahir'.
 
F.   Sambutan yang menyenangkan

       Dengan dandanan yang bagus, mulai dari pakaian, tubuh dan bau badan yang wangi. Karena Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم: (( إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ )) [ رواه مسلم]
"Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai yang indah". HR Muslim.
        Dan Umar bin Khatab pernah mengatakan: 'Sungguh diriku merasa takjub pada seorang pemuda yang beribadah dibarengi dengan baju yang bersih dan baunya yang wangi'.
      Abdullah anaknya Imam Ahmad bin Hanbal, pernah mensifati akhlak bapaknya sambil mengatakan: 'Sungguh tidak pernah aku melihat seorangpun, yang lebih bersih pakaiannya, dan sangat perhatian terhadap penampilan dirinya, mulai dari kumisnya, rambut dan bulu yang ada dibadannya, bajunya bersih dan putih, dari pada Ahmad bin Hanbal'.

G.   Rela berkorban dan siap membantu bila dibutuhkan

        Cara yang bisa menangkap sebuah hati, karena dengan cara seperti itu akan menimbulkan sambutan yang luar biasa, gambaran yang diberikan oleh seorang penyair kiranya bisa menjelaskan hal itu semua, dia mengatakan:
Berbuat baiklah pada orang, dengannya hati akan tunduk padanya
                                              Tiap kali kebaikan itu muncul, tiap itu pula orang rela mengabdi padanya
         Bahkan dengan cara seperti itu, dirinya akan memperoleh kecintaan Allah sebagaimana yang dijelaskan dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ وَأَحۡسِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ  (سورة البقرة 195) .
"Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik".  (QS al-Baqarah: 195).
Demikian pula Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ))  [رواه الطبراني]
"Orang yang paling dicintai disisi Allah adalah yang paling banyak memberi kebaikan pada orang lain". HR  ath-Thabarani.
Seorang penyair mengatakan dalam alunan bait syairnya:

Jika engkau menemani seseorang
                                       Jadilah pemuda yang disenangi olehnya
Jadilah seperti rasa air, bisa dingin dan tawar
                                                     Berada dalam jiwa setiap karibmu

H.  Rela mengorbankan harta

       Kalau kita mau sadar, maka sesungguhnya pada tiap hati mempunyai kunci, sedangkan harta saat ini merupakan kunci terbanyak untuk bisa membuka hati, terlebih pada zaman sekarang ini. Dan panutan kita jauh-jauh hari telah mengisyaratkan hal tersebut dalam sabdanya:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( إِنِّي لَأُعْطِي الرَّجُلَ وَغَيْرُهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْهُ خَشْيَةَ أَنْ يَكُبَّهُ اللَّهُ فِي النَّارِ )) [رواه البخاري].
"Sesungguhnya aku memberi seseorang, sedangkan yang lainnya (aku tinggalkan) karena lebih aku cintai, karena aku merasa takut nanti Allah akan memasukan dirinya kedalam neraka (disebabkan harta tersebut)."  HR Bukhari dari Sa'ad bin Abi Waqash.

      Dahulu pada penaklukan kota Makkah, Shofwan bin Umayyah lari karena merasa takut dari kaum muslimin, setelah permusuhan yang begitu kuat untuk menentang perkembangan dakwah Islam, disamping itu juga, tipu daya serta makarnya dengan menyuruh membunuh Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Maka pada waktu itu Rasulallah memberi jaminan keamanan baginya, tatkala mendengarnya, iapun kembali dan menghadap Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, lalu dirinya minta ditangguhkan selama dua bulan untuk memikirkan masuk Islam. Dan Rasulallah pun berkata padanya: 'Bahkan dirimu saya tangguhkan selama empat bulan'. Setelah itu dia keluar ikut peperangan Hunain dan Tha'if bersama Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam masih dalam keadaan kafir.
       Setelah selesai pengepungan kota Tha'if, dan Rasulallah melihat kepada ghanimah, beliau melihat Shofwan sedang jauh memandang ke sebuah lembah yang penuh dengan onta dan kambing, maka Nabi mendekati lalu menatapnya sembari mengatakan; "Apakah engkau suka dengan ini, wahai Abu Wahb? Ia, jawabnya. Maka Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda padanya: "Itu semua dengan segala isinya untukmu". Shofwan berkata dihadapan beliau: 'Tidak ada seorangpun yang membikin senang orang lain, sampai seperti ini melainkan seorang Nabi. Aku bersaksi bahwasannya tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusanNya'.
Saudaraku yang saya cintai..
        Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam telah mampu dengan sentuhan lembut seperti ini, dan cara menghadapi orang yang menakjubkan, beliau bisa sampai kepada hati yang lalu membukanya untuk bisa mengenali kebenaran dengan sendirinya.
       Kenapa harus bakhil dan pelit? Kenapa kita begitu kuat memegang harta, enggan untuk menghadiahkan pada orang lain? Seakan-akan kemiskinan telah menunggu dihadapannya, ketika dia mau membantu, menderma dan berinfak pada orang lain. 



I.    Berbaik sangka pada orang lain serta segera memberi udzur bila ada salah

       Saya tidak menjumpai ada sarana yang lebih praktis dan mudah untuk lebih mengena pada hati melainkan dengan cara seperti itu. Oleh karenanya, banyaklah berbaik sangka pada orang yang ada disekitarmu, dan hati-hatilah dari buruk sangka dengan mereka, apalagi menjadikan matamu bagaikan jaring yang siap menjaring setiap gerak gerik mereka. Bebaskan akalmu dari memata-matai setiap perbuatan mereka, biarkan berlalu karena itu akan menghilangkan kepercayaan yang ada padamu. Dengarkan apa yang diucapkan oleh al-Mutanabi dalam bait syairnya:
Bila engkau berbuat jelek pada orang, tentu prasangka buruk menyertaimu
                                                                     Percayalah pada orang, hilangkan keraguan pada mereka

      Kembalikan dirimu untuk bisa memberi maaf, pada saudaramu, coba curahkan segala usahamu. Sungguh Ibnu Mubarak pernah berkata: 'Seorang mukmin itu, selalu mencari alasan untuk saudaranya, adapun orang yang mempunyai sifat nifak, dia akan selalu mencari kesalahan saudaranya'.
       Diantara tanda kemalangan umat adalah mereka terlalu sibuk dengan dirinya sendiri daripada dengan musuhnya. 

J.    Cinta dan menyayangi orang lain

       Apabila engkau mencintai seseorang, atau engkau mempunyai seseorang yang kamu anggap istimewa dimatamu, maka kabarkan padanya, bahwa dirimu mencintainya. Karena sesungguhnya hal tersebut, merupakan anak panah yang akan menancap di dalam hati dan membuat bahagia. Oleh karena itu, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ صَاحِبَهُ فَلْيَأْتِهِ فِي مَنْزِلِهِ فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ )) [رواه الترمذي و أحمد]
"Apabila salah seorang diantara kalian mencintai saudaranya, maka datanglah kerumahnya, lalu beritahu padanya bahwa engkau mencintainya".  HR at-Tirmidzi dan Ahmad. Hadits shahih sebagaimana dishahihul Jami'. Dan dalam riwayat yang mursal ditambahkan: 'Sesungguhnya hal tersebut akan melanggengkan rasa kasih sayang'.
        Namun perlu dipahami dengan catatan hendaknya kecintaan yang didasari karena Allah, bukan karena didasar tujuan ingin meraih dunia, seperti jabatan dan harta, lebih dikenal dan mencari tanda jasa. Karena tiap persaudaraan yang dilandasi karena Allah maka akan sirna, sedangkan pada hari kiamat kelak, semua berbalik menjadi musuh, hal itu sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah Azza wa jalla:
قال الله تعالى: ﴿ ٱلۡأَخِلَّآءُ يَوۡمَئِذِۢ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلۡمُتَّقِينَ  (سورة الزخرف 67) .
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa".  (QS az-Zukhruf: 67).
      Dalam hadits disebutkan: 'Seseorang itu akan bersama orang yang ia cintai'. Maksudnya kelak pada hari kiamat, sebagaimana yang tertera didalam sabda oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam.      Jadi, dua sifat, cinta dan menyayangi, maka keduanya merupakan sarana terbesar untuk bisa mengambil hati sesorang.
         Oleh karenanya, dalam sebuah lingkungan Cuma ada dua, lingkungan yang penuh dengan persaudaraan, saling mencintai dan menyayangi atau sebuah masyarakat yang penuh dengan perpecahan, permusuhan dan perselisihan.
         Dengan tujuan seperti itu, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh, yaitu manakala membentuk sebuah masyarakat yang saling menyayangi, penuh dengan persaudara antara Muhajirin dan Anshar. Sampai kiranya diketahui bahwa fulan adalah saudaranya si fulan, sehingga kecintaan mereka sampai mengantarkan dirinya diliang kubur yaitu manakala mereka gugur, mati sahid dalam sebuah peperangan. Bahkan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam lebih menekankan lagi sarana yang mampu menebar kecintaan ini yaitu dengan sabdanya:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ )) [رواه مسلم والترمذي وابن ماجه وغيرهم]
"Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya. Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak bisa sempurna keimanan kalian sampai kalian saling mencintai, maukah kalian aku beritahu sesuatu yang apabila kalian kerjakan kalian saling mencintai? Tebarkanlah salam diantara kalian". HR Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad.
Saudaraku yang saya cintai…
         Perasaan, kesadaran dan belas kasih orang pada sekarang ini, sangat disayangkan sekali, berada diujung semua yang kita sebut tadi, disana ada orang yang dalam bergaul bersama karibnya dengan akal yang kaku, kosong dari sifat sensitive dan belas kasih. Dan kebalikan dari itu, ada orang yang dalam bergaul bersama teman karibnya, hanya mengandalkan perasaan yang halus, bahkan terkadang sampai pada tingkat mabuk kasmaran, terkagum-kagum dan mendewakannya.
       Maka bersikap tengah-tengah, mengukurnya dengan akal dan perasaan sesuai dengan kondisi dan orang yang berbeda-beda. Dan itu semua adalah tuntutan yang tidak mungkin semua orang bisa akan tetapi keutamaan itu, Allah berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

K.  Bersikap mudaraah (mengambil simpati/sikap bijak) kepada orang lain

       Apakah sudah cukup baik kita dalam bersikap mudaraah? Apakah engkau mengetahui perbedaan antara sikap mudaraah dan mudahanah (menjilat)?.
Diriwayatkan dalam shahih Bukhari dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau menceritakan:
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها: ((  أَنَّ رَجُلًا اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَلَمَّا رَآهُ قَالَ: بِئْسَ أَخُو الْعَشِيرَةِ وَبِئْسَ ابْنُ الْعَشِيرَةِ . فَلَمَّا جَلَسَ تَطَلَّقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَجْهِهِ وَانْبَسَطَ إِلَيْهِ , فَلَمَّا انْطَلَقَ الرَّجُلُ قَالَتْ لَهُ عَائِشَةُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ حِينَ رَأَيْتَ الرَّجُلَ قُلْتَ لَهُ كَذَا وَكَذَا ثُمَّ تَطَلَّقْتَ فِي وَجْهِهِ وَانْبَسَطْتَ إِلَيْهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  يَا عَائِشَةُ مَتَى عَهِدْتِنِي فَحَّاشًا إِنَّ شَرَّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ شَرِّهِ))  [متفق عليه]
"Dari sahabat 'Aisyah radhiallahu 'anha, ia menuturkan: Ada seorang lelaki yang memohon izin kepada Rasulullah e, maka beliaupun bersabda: "Izinkanlah untuknya, seburuk-buruk kerabat ialah dia, maka ketika ia telah masuk dan duduk disamping beliau, beliau (Rasulullah e) bermanis muka kepadanya." Ketika orang tersebut pulang, maka akupun bertanya keheranan: Wahai Rasulullah, engkau telah mengatakan perkataanmu tadi begini dan begitu, namun kemudian tatkala ia masuk, engkau bermanis muka kepadanya? Beliau menjawab: "Wahai Aisyah, kapan kamu melihatku pernah melakukan perbuatan keji. Sesungguhnya manusia paling buruk ialah orang yang dijauhi oleh orang lain karena mereka menghindari kata-katanya yang keji." HR Bukhari dan Muslim.
         Al Qurthubi mengomentari hadits ini dengan berkata: "Pada hadits ini terdapat petunjuk bolehnya mengghibahi (menyebutkan kesalahan) orang yang menampakkan kefasikan atau perbuatan keji dan yang serupa dengannya berupa tindak kelaliman ketika memutuskan sesuatu, menyeru kepada perbuatan bid'ah. Sebagaimana ada petunjuk bolehnya bersikap mudaraah (mengambil simpati/sikap bijak) kepada mereka, guna menghindari kejahatannya, selama sikap bijak  tersebut tidak sampai menjerumuskan kita kepada sikap mudahanah (menjilat) dalam urusan agama Allah Ta'ala.
       Dan perbedaan antara sikap bijak dan menjilat ialah sikap bijak adalah mengorbankan sebagian kepentingan duniawi demi menjaga kemaslahatan duniawi lainnya atau kemaslahatan agama atau kedua-duanya, dan sikap ini adalah sikap yang dibolehkan, bahkan kadang kala dianjurkan. Sedangkan sikap menjilat adalah mengorbankan urusan agama demi mencapai kepentingan duniawi. Dan Nabi e dalam kisah ini hanya mengorbankan dari kepentingan duniawinya untuk orang tersebut berupa sambutan baik dan berlemah lembut ketika berbicara dengannya. Walaupun demikian beliau sama sekali tidak pernah memujinya dengan suatu ucapan apapun, sehingga tidak ada pertentangan antara ucapan beliau pertama dengan sikapnya."
        Jadi yang dimaksud dengan mudaraah yaitu bersikap lemah lembut ketika berbicara dan sambutan yang baik manakala menghadapi pelaku kemaksiatan dan pendosa, itu dilakukan karena, pertama guna menghindari kejahatannya, dan yang kedua harapan untuk mereka, barangkali dengan sikap bijak ini bisa sebagai sebab mereka memperoleh hidayah, namun dengan syarat selama sikap bijak  tersebut tidak sampai menjerumuskan kita kepada sikap mudahanah (menjilat) dalam urusan agama Allah Ta'ala.
       Namun yang dibolehkan hanya pada urusan dunia saja, karena kalau itu dilakukan dalam urusan agama, dirinya telah berbalik dari sikap mudaraah menjadi mudahanah (menjilat), sekarang apakah kita bisa merealisasikan keduanya? Seperti, lemah lembut, memberi udzur, bermuka manis, memuji atas seseorang yang bisa mendatangkan kemaslahatan syar'iyah. Dan diriwayatkan dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: "Mudarah kepada orang lain termasuk sedekah". Dikeluarkan ole hath-Thabarani dari haditsnya Jabir radhiyallahu 'anhu.
         Ibnu Bathal mengomentari hadits ini dengan mengatakan: 'Mudarah termasuk bagian dari akhlaknya seorang mukmin, yaitu dengan bersikap lemah lembut pada orang lain, dan merendahkan suara, dan yang demikian merupakan sarana yang paling kuat untuk mendorong tumbuhnya persaudaraan'.
       Inilah, jaring untuk memburu, maka sebaik-baik target ada dalam permisalan, dan itu telah saya sebutkan dan isyaratkan karena hal itu sangat banyak sekali jenisnya.

KEPRIBADIAN GANDA
         Kebanyakan orang pada hari ini seringkali mengadukan adanya perubahan, dan susah menebak, pada kepribadian seseorang. Seperti halnya seorang istri, yang hakekatnya ia mengetahui akhlak suaminya, dari mulai penyabar, lapang dada, senyumnya, dan kelembutannya, namun, dirinya tidak pernah melihat itu semua, karena kalau dirumah yang nampak, justru akhlaknya yang buruk, gampang marah, emosian, mukanya kecut, sering mengata-ngatai, bakhil, suka mengungkit-ungkit dan lain sebagainya. Sehingga, untuk suami semacam ini, kita katakan dimana ia dan orang yang semisal dengannya, akan memposisikan dirinya, dengan sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam yang menyebutkan:
قال النبي صلى الله عليه و سلم: (( خيركم خيركم لأهله . وأنا خيركم لأهلي )) [ رواه الترمذي وإبن ماجه والحاكم]
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, sedangkan aku adalah orang yang paling baik pada keluargaku". HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim.
Dan sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam yang menyatakan:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُهُمْ خِيَارُهُمْ لِنِسَائِهِمْ ))  [رواه أبو داود والترمذي وأحمد]
"Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada istrinya". HR Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad dengan sanad yang shahih.
        Salamah bin Dinar pernah mengatakan: 'Akhlak yang buruk akan menjadikan pemiliknya orang yang paling menyengsarakan teman duduk yang ada disampingnya, akan membawa segudang bencana. Maka yang paling awal kena dampaknya adalah istrinya, kemudian anak-anaknya. Sampai sekiranya ketika dia masuk rumah, sedangkan mereka yang tadinya dalam keadaan senang, begitu mendengar suaranya, langsung berubah suasananya, semua lari menjauh darinya, karena merasa takut akan kena getahnya, sampai-sampai hewan tunggangannya juga merasakan kejelekannya, kalau anjing melihat dirinya, ia langsung berlindung ketembok, demikian juga kucing juga akan lari takut dari perangainya yang buruk'.
       Dan masuk dalam kategori kepribadian ganda, tatkala berhadapan dengan kedua orang tuanya.  Berapa banyak dari mereka yang seringkali kita dengar tentang kebaikan akhlaknya, terkenal dermawan, murah senyum, serta baik di dalam bergaul bersama orang lain. Namun, ketika bersama dengan orang yang paling dekat dan paling besar kewajiban yang harus mereka berikan padanya, yaitu kedua orang tuanya. Dia justru berbuat kasar, dan jauh darinya, maka cukup sebuah ayat yang tegas menyindir perbuatan semacam itu, di mana Allah Ta'ala berfirman:

قال الله تعالى: ﴿ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا . (سورة الإسراء 23) .
"Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia".   (QS al-Israa': 23).
         Barangsiapa melihat kenyataan yang ada pada diri kita, ketika bersama dengan anak-anak dan orang tua kita maka kita baru sadar betapa lemahnya keimanan kita, serta kurangnya didalam menunaikan kewajiban terbesar yang kita miliki, setelah mentauhidkan Allah Subhanahu wa ta'ala. Allahu musta'an.
        Diantara bentuk mendua dalam bersikap, adakalanya kamu pernah melihat penampilan seorang perempuan yang kelihatannya terpelajar, berpendidikan serta bagus, bahkan dirinya tak segan-segan untuk mengeluarkan uang banyak, yang penting bisa menambah percaya diri didalam penampilan, wajah dipoles, gigi dibersihkan. Akan tetapi, bila kamu mengetahui secara dekat, kamu baru mengerti, kalau dirinya mempunyai perangai yang buruk, emosian, gampang marah, berani melawan kepada suaminya, bermuka masam terhadap saudaranya dan lain sebagainya.
       Duhai seandainya para Hawa memperhatikan akhlaknya secara teliti sama persis dengan perhatiannya terhadap penampilan fisiknya, tentu ia akan menjadi wanita sejati. Seorang pepatah Arab mengatakan: 'Kecantikan bukan diukur dengan pakain yang indah, namun kecantikan ada pada ilmu dan akhlaknya'.
      Ketahuilah duhai saudariku yang aku cintai karena Allah, kecantikan sejati ada pada kecantikan akhlak serta adabnya, sangat naif sekali kalau menilai kecantikan hanya pada pakai serta penampilan fisiknya saja, akan tetapi, rasa malunya sangat kurang, sehingga tanpa segan membuka auratnya, melepas prinsip ajaran agama serta kepribadian asalnya.  Seorang penyair mengatakan:
Aku melewati muru'ah sedangkan dirinya menangis
                              Saya tanyakan, kenapa engkau menangis
Dirinya menjawab, bagaimana aku tidak menangis
                           Karena semua orang sudah tidak mengenaliku lagi
Saudariku…
        Sesungguhnya Allah Azza wa jalla telah menjadikan bagi tiap orang dua aurat, aurat tubuh dan aurat jiwa. Allah menjadikan alat untuk menutupi aurat yang pertama yaitu dengan pakaian, sedangkan yang kedua yaitu dengan akhlak.  Dan perlu diperhatikan, yang terpenting dari keduanya adalah yang kedua, karena pakaian seseorang tidak mungkin bisa lepas dari yang namanya akhlak sang pemakainya. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah Tabaraka wa ta'ala dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ قَدۡ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكُمۡ لِبَاسٗا يُوَٰرِي سَوۡءَٰتِكُمۡ وَرِيشٗاۖ وَلِبَاسُ ٱلتَّقۡوَىٰ ذَٰلِكَ خَيۡر . (سورة الأعراف 26) .
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa itulah yang paling baik".  (QS al-'Araaf: 26).



Saudariku…
        Sungguh seorang wanita yang berakal, tatkala berbicara, dia akan berbicara dengan baik, tatkala diam, dia juga diam dengan manis. Bertakwalah kepada Allah, wahai para wanita, tutupi aurat jiwamu dengan pakaian takwa, rasa malu dan budi pekerti yang luhur. 
        Salah satu sikap mendua yang lainnya dalam berakhlak, sebagaimana yang kita lihat, ada sebagian orang yang bila berkata, ucapannya begitu manis, penyabar, menebar senyum, namun apabila datang waktunya jual beli dan atribut yang berisikan uang dan dirham, maka dirinya berubah menjadi senang mengulur waktu pembayaran, sangat kuat memegang uang, akan berargumen, mendebat lawan bisninya, bahkan bisa jadi gambaran makna ukuwah persaudaraan beserta hak-haknya untuk sementara terhapus dalam benaknya.
         Pernah dikatakan kepada Muhammad bin Hasan, kenapa engkau tidak menulis buku yang berkaitan dengan kezuhudan. Maka beliau menjawab: 'Aku telah menulis sebuah buku yang berkaitan dengan jual beli'.
       Maksud yang ingin disampaikan oleh beliau kepada kita adalah, bahwa zuhud itu ada pada orang yang berlepas diri dari perkara syubhat dan makruh dalam transaksi jual belinya serta seluruh interaksi perdagangan. Inilah pesan yang ingin beliau sampaikan, dan ini menunjukan kecerdasaan fikih yang beliau miliki, semoga Allah merahmatinya.
        Diriwayatkan, bahwa Masruq mempunyai hutang, demikian pula saudaranya Khaitsamah juga mempunyai tanggungan hutang. Maka Masruq pergi membayar hutang saudaranya, sedangkan ia tidak mengetahuinya, begitu juga sebaliknya, saudaranya Khaitsamah juga pergi membayar hutang saudaranya, dan ia juga tidak mengetahuinya.
        Mutharif bin Abdullah pernah mengatakan kepada sebagian saudaranya: 'Wahai Abu Fulan, apabila engkau mempunyai keperluan maka jangan berbicara padaku, akan tetpai tulislah disebuah kertas. Sungguh aku malu kalau melihat wajahmu memelas dihadapanku'.

Seorang penyair mengatakan:
Jika aku lapang, tidak akan tahu karibku
                     Ketika aku mencukupkan, temanku pun merasa cukup
Rasa maluku menjaga air muka yang ada pada wajah
                     Temanku, dalam permintaanmu ada kekariban
Kalau aku biarkan air muka mengalir padamu
                     Betapa cepatnya aku bisa naik keatas
         Dikisahkan dari Rabah bin al-Jarah, beliau berkata: 'Fath al-Mushili pernah berkunjung kerumah karibnya yang bernam Isa at-Tamar, namun sayang ia tidak menjumpainya. Maka ia mengatakan pada pembantunya; 'Ambilkan aku kantong majikanmu'. Pembantu tersebut lalu mengambilkan kantong untuknya, lantas sang tamu memasukan uang dua dirham. Begitu Isa datang, maka sang pembantu mengabarkan perihal tamunya tadi, Isa lalu berkata padanya: 'Jika omonganmu benar, kamu bebas'. Kemudian ia melihat pada kantong yang berisi uang tersebut, lalu iapun membebaskan pembantunya tadi'.
        Dalam kisah yang lain, diriwayatkan dari Jamil bin Murah, beliau berkata: 'Kami pernah mengalami masa paceklik yang sangat, dan ketika itu Muriq al-Ajli berkunjung kerumah sambil membawa sekantong bungkusan, lalu mengatakan; 'Ambillah ini buat kalian'. Setelah itu dia minta izin pergi, namun tidak berapa lama sebelum jauh dia mengatakan kembali: 'Jika kalian memerlukan kantong tadi, ambilah untuk belanja kebutuhan'.
         Berkata Sufyan bin Uyainah; 'Aku pernah mendengar Musawir al-Wariq mengatakan: 'Tidaklah aku mengucapkan pada seseorang 'Sungguh aku mencintaimu karena Allah' melainkan tidak pernah aku mencegah harta untuknya'.
        Sebuah kisah yang banyak ibroh, seakan jauh dari alam khayal kita, namun akhlak yang luhur dari para pendahulu kita Salafus sholeh telah mampu merubahnya menjadi kecintaan dan ukhuwah yang tulus karena Allah semata, semoga Allah meridhoi mereka semua. Kita mohon keutamaan kepada Allah yang Maha Penyayang, dan memohon kepadaNya agar kita bisa meneladani mereka dengan sebaik-baiknya. 
        Diantara sikap mendua yang telah nampak yaitu manakala kamu melihat sebagian pemuda yang menakjubkanmu dari segi penampilannya, bau wangi membuaimu, sisiran rambutnya mengkilap. Kalau bukan karena malu tentu aku terlalu berlebihan didalam mensifati keadaan sebagian generasi muda kita pada hari ini, dalam semangatnya memperhatikan gaya dan penampilan. Akan tetapi bersamaan dengan itu mereka tidak memperhatikan tingkah dan akhlaknya yang terkadang melenceng, karena mereka punya prinsip tidak apa kalau hanya sekedar berdusta, atau melaknat, mencela, bahkan adakalanya berzina, dan mencuri, atau menipu dan melakukan tipu daya.
        Dalam benak mereka, tidak mengapa mengorbankan agama dan akhlaknya demi tercapainya syahwat, sehingga penampilan fisiknya telah rusak sebelum rusaknya penampilan hati.
       Wahai para pemuda, manusia bukan hanya terbatas pada penampilan badan dan rupanya saja, tidak pula pada gaya pakaian dan modenya, akan tetapi, manusia sejati adalah yang memiliki ruh, akal, akhlak dan penampilan. Seorang penyair mengatakan dalam qasidahnya:
Duhai para pengabdi jasad, betapa dirimu telah sengsara
                      Jiwamu lelah, lalu kerugian yang engkau dapat
Kembalikan jiwamu, sempurnakan dengan kebaikan
                   Duhai insan, engkau hidup dengan jiwa bukan jasadmu

Duhai para pemuda..
        Tidaklah rupa yang elok akan menguatkan hati apabila akhlaknya tidak elok, sesungguhnya didalam hatimu masih ada relung kebaikan, periksalah lalu bakar semangatmu untuk memacu kebaikan tersebut.
        Benar, termasuk puncak kebahagian adalah menikmati segala kesenangan dunia dan syahwatnya, namun itu semua harus berada dalam koridor syari'at kita, karena Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ  (سورة القصص 77) .
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu".  (QS al-Qashash: 77).

       Jadilah seorang laki-laki yang mempunyai semangat yang tinggi, berhias dengan budi pekerti yang luhur dan adab karena sesungguhnya itulah perhiasan seorang laki-laki sejati.
       Dari contoh mendua dalam bersikap yaitu, orang-orang yang manakala kamu melihatnya, nampak padanya tanda keshalehan dan kebajikan, kemudian pada sisi lain kamu melihat dalam tindak tanduknya serta perbutannya berbalik Sembilan puluh derajat dari penampilan yang pertama, sampai-sampai mereka menipu orang lain disebabkan oleh penampilannya.
        Maka pada kenyataannya, wahai orang yang seperti itu, engkau bukan saja telah menodai dirimu akan tetapi, telah menodai orang lain, bahkan bisa jadi agamamu juga ikut terbawa. Karena bisa jadi orang yang sudah kadung melihat engkau berbuat jelek akan mengira ini termasuk bagian dari akhlaknya orang shaleh, karena mereka mengira kamu termasuk orang yang shaleh.
       Oleh karena itu, bagi orang yang seperti ini dan yang semisalnya, untuk mengoreksi kembali tingkat keshalehannya, karena tidak menutup kemungkinan yang ada pada mereka hanya keshalehan dalam bentuk nama dan gambar.
       Ada beberapa orang yang menyanjung seseorang dihadapan al-Qilu ibn Iyadh, mereka memuji orang tersebut kalau dia tidak makan kue (puding). Maka beliau berkata: 'Kalian jangan tertipu, hanya sekedar melihat dia meninggalkan makanan tersebut, akan tetapi, lihatlah bagaimana sikap dirinya didalam menyambung tali silaturahim, menahan emosi, hubungannya bersama tetangga, dan para janda serta orang miskin, lihatlah bagaimana akhlak serta adab pergaulan bersama saudara dan karibnya'.
        Katakan pada saya, duhai orang yang dijadikan teladan, apakah istiqomah itu hanya sekedar penampilan luar? Ataukah hanya hubungan manis bersama segelintir orang saja? Atau istiqomah itu mengharuskan dirimu mempergauli orang lain dengan cara yang baik, pada tiap keadaan dan waktu? Di dalam sebuah hadits yang shahih, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( أعظم ما يدخل الناس الجنة تقوى الناس وحسن الخلق)) [ أخرجه الترمذي وابن ماجة]
"Perkara terbesar yang akan memasukan seseorang kedalam surga adalah bertakwa dan berakhlak mulia'. HR at-Tirmidzi  dan Ibnu Majah. 
         Imam Ibnu Qoyim mengatakan didalam kitabnya al-Fawaid, ketika mengomentari hadits diatas: 'Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam menggabungkan didalam hadits ini, antara ketakwaan kepada Allah dan akhlak yang mulia, karena ketakwaan kepada Allah akan memperbaiki hubungan seorang hamba bersama Rabbnya. Sedangkan akhlak yang mulia akan memperbaiki hubungan seorang hamba bersama makhlukNya. Maka takwa kepada Allah mengharuskan dirinya mencintai Allah, adapun akhlak yang mulia menjadikan orang lain menyukai dirinya'.
         Maka harus dicatat, karena disini ada perkara yang tercampur pemahamannya oleh kebanyakan orang, mungkin karena memang tidak tahu, dan ini kebanyakan mereka. Atau dirinya mempunyai tujuan jelek yang tersimpan didalam hati, dan jenis ini jumlahnya sedikit, insya Allah.  
        Para pembaca yang budiman, kalau sebagian kaum muslimin ada yang menanggalkan akhlaknya dan prinsip dasar ajarannya maka bukan berarti kita menuduh agama Islam, atau mulai ragu untuk berpegang dengan ajaran dan syari'atnya. Kalau demikian apa maknanya kita menghukumi orang sebagai muslim dan membenarkan ajaran Islam, sedangkan mereka mempunyai sifat berlebihan, menyeleweng, kasar, kurang ajar, dan berperangai buruk, hanya karena sekedar menisbatkan ke Islam akan tetapi mereka salah didalam tingkah laku, dan ucapannya atau dirinya hanya menyematkan pakaian kejujuran.
        Sesungguhnya termasuk jenis kedhaliman yang paling jelek adalah seseorang mengambil kesalahan orang lain sebagai senjata, sedangkan Allah Azza wa jalla berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٞ وِزۡرَ أُخۡرَىٰۗ  (سورة الإسراء : 15) .
"Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain".  (QS al-Israa': 15).

Dimana sikap inshaf dan adil? Sedangkan Allah Azza wa jalla berfirman:

قال الله تعالى: ﴿ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَ‍َٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ  (سورة المائدة : 8) .
"Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".  (QS al-Maa'idah: 8).

       Kenapa kita terlalu cepat menghukumi semua orang serta mengatakan kesalahan secara umum pada mereka hanya sekedar kesalahan yang dilakukan oleh individu? Lantas dimana mereka-mereka, barangkali ratusan atau ribuan dari kalangan kaum muslimin dan muslimat, yang tetap teguh dan mulia bersama akhlak dan jiwanya.
        Kita semua tidak bisa memungkiri adanya jumlah yang sangat banyak, orang-orang yang masih mempunyai hati nurani yang bersih dan indah, yang tergambar dalam ucapan mereka, sanubari yang tenang dengan tingkah laku yang luhur, hati yang suci, tangan yang bersih dan lisan yang terjaga, mereka barengi ilmu yang diiringi bersama amalan, karena cinta agama dan negerinya.
      Kenapa seringkali kita menutup mata terhadap mereka, tidak menyebut dan mencuatkan dalam publik tentang kemulian mereka? Kenapa hanya memandang dengan sebelah mata tentang keberadaan mereka, lalu menyoroti kesalahan yang ada dan membesar-besarkanya yang ada pada sebagaian orang?
      Lihat pada dirimu, engkau seringkali mengadu keberadaan mereka, bukankah engkau juga seorang muslim? Tidakkah engkau juga pernah berbuat kesalahan? Berbuat kekeliruan? Maka bisa jadi orang lain juga mengeluhkan dirimu, engkau mengeluh mereka juga mengeluhkanmu.
      Akan tetapi, betapa indahnya kalau sekiranya kita bisa saling memberi udzur satu sama lain, memberi ma'af atas kesalahan dan kekeliruan orang lain lalu menutupinya dan mencuatkan kebaikannya. Dengan adanya saling menasehati dan mema'afkan bisa memadamkan api permusuhan dan perselisihan.
     Perlakukan orang lain, sebagai insan yang mempunyai kesalahan dan kebenaran, tutup matamu dan berlaku wajar lalu sabarlah. Bukan orang yang pandir yang tidak tahu siapa pemimpin kaumnya, namun pemimpin itu yang pura-pura tidak mengetahui.
       Engkau bisa bayangkan kalau seandainya dirimu melihat lingkungan berada dalam makna yang indah ini, dan itu merupakan budi pekerti yang paling mulia, jika dirimu enggan untuk itu, maka tuduhlah orang yang melakukan kesalahan tersebut jangan kamu hukumi secara umum, lalu bertakwalah kepada Allah, karena balasan itu sesuai dengan amal perbuatan, dan sebagaimana engkau beragama maka itulah agama.

AKHLAK NABI SHALALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM
         Kemulian akhlak adalah engkau menjadikan semua orang merasa bahwa engkau mencintai mereka. Bahkan menjadikan setiap orang merasa bahwa mereka adalah orang yang paling engkau cintai dalam hatimu, apakah kiranya dirimu sanggup untuk seperti ini?
       Sesungguhnya engkau masih bisa mengendalikan hatimu dengan sarana dan cara yang paling bagus, karena seperti itulah akhlak panutan dan sanjungan kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam. Sekarang mari kita tengok hari-hari bersama teladan kita tersebut.
       Diriwayatkan dari Amr bin al-Ash, beliau berkata: 'Adalah kebiasaan Rasulallah menerima lawan bicaranya sambil menghadapkan wajahnya, sampai-sampai aku mengira bahwa akulah orang yang paling beliau cintai. Hingga pada suatu hari aku tanyakan pada beliau; 'Ya Rasulallah, siapakah yang lebih engkau cintai, aku atau Abu Bakar? Abu Bakar, jawabnya. Lantas aku tanyakan kembali: 'Ya Rasulallah, siapa yang lebih engkau cintai aku atau Umar? Umar, jawabnya. Aku tanya lagi: 'Ya Rasulallah, siapa yang lebih engkau cintai, aku atau Utsman? Utsman, jawab beliau. Tatkala Rasulallah menyatakan itu semua maka aku berangan-angan sekiranya aku tidak lagi menanyakannya'. Kisah ini sebagaimana yang ada dalam kita Syama'il Muhammadiyah karya Imam at-Timridzi.
       Dalam khabar diatas menjelaskan pada kita bahwa Amr bin al-Ash menyangka kalau dirinya adalah orang yang paling dicintai dan paling dekat kedudukannya dihati Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam.
       Barangkali Anda bertanya, bagaimana Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam mampu menata hati sedemikan tingginya? Bahkan mampu menguasi hati musuh-musuhnya.
       Berikut ini, kajian untukmu sebagian syama'il dan akhlak beliau secara ringkas, semoga Allah menganugerahi kita semua untuk bisa mencontoh dan meneladani beliau dengan sebaik-baiknya.
      Beliau adalah orang yang sangat pemalu, dimana beliau mengatakan: "Aku adalah orang yang sangat pemalu". Tidak pernah memandang pada seseorang sambil melotot, tidak berbuat kasar, menerima udzur orang yang memintanya, bercanda namun tidak mengatakan melainkan benar, kadang tertawa namun tidak sampai terbahak-bahak. Sabar terhadap orang yang mengangkat suara padanya, tidak pernah meremehkan orang miskin karena kemiskinannya, tidak pernah memukul seorang pun melainkan ketika berjihad dijalan Allah, tidak pernah marah terhadap suatu perbuatan melainkan bila larangan Allah diterjang, tidak membalas kejelekan dengan kejelekan akan tetapi mema'afkan dan membiarkan. Beliau biasa memulai salam kepada siapa saja yang dijumpainya, apabila bertemu dengan para sahabatnya, beliau memulai untuk berjabat tangan kemudian menggenggam hangat tangan lawannya. 
        Beliau duduk dimana akhir majelis itu berada, memuliakan orang yang bertamu kepada beliau, sampai terkadang beliau menggelar bajunya sebagai alas duduk, mendahulukan tamu dengan bantal duduk, kalau sekiranya tamunya enggan maka beliau sedikit memaksa agar mau menerimanya.
       Beliau memberi setiap orang yang duduk dimajelisnya, semua bagianya, dari mulai menghadapkan muka padanya, mendengar, melihat dan berbicara padanya.
       Beliau biasa memanggil para sahabatnya dengan kunyahnya dalam rangka memuliakan dan menyenangkan hati mereka. Sangat jauh dari sifat pemarah, akan tetapi paling cepat untuk merasa ridho.
      Beliau orang yang sangat baik kepada orang lain, diriwayatkan dari Anas radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan: 'Bahwa pernah ada seorang wanita yang datang kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, sembari mengatakan: 'Aku sedikit membutuhkanmu'. Maka beliau menjawab: 'Duduklah dijalan Madinah mana saja yang kamu sukai, aku akan mengikutimu'. HR Bukhari dan Muslim.
        Maka dengan bahasa yang ringkas dan luas maknanya, akhlak beliau adalah al-Qur'an. Oleh karena itu Allah Ta'ala memujinya, sebagaimana yang tercantum dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ    (سورة القلم : 4) .
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung".  (QS al-Qolam: 4).
       Oleh karenanya, barangsiapa yang ingin melihat petunjuk agama ini secara nyata dalam bentuk keseharian, maka lihatlah dalam sejarah perjalanan hidup beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam, sambil mempelajari dan memahami serta mentadaburinya. Demi bapak ibuku sebagai tebusannya. Cukup untuk menggambarkan itu semua, bahwa kelak pada hari kiamat semua orang mengatakan; 'Diriku, diriku', namun justru beliau memikirkan umatnya seraya berkata; 'Umatku, umatku'.

Seorang penyair mengatakan:
Duhai orang yang mengingatkanku janji kekasihku
                                Habis sudah lisan ini menyebut kebaikan dirimu
Tak bosan aku mengingat dirimu dalam kesendirian
                            Kisah sang kekasih sungguh menyenangkan

Tulang ini telah penuh olehmu, kelu bibir mensifatimu
                           Hati ini begitu merindu tatkala menyebutmu
Senantiasa jiwa ini mencoba terbang, karena rindu
                         Duhai, sekiranya hati ini mampu melayang padamu



RINGKASAN KAJIAN KITA
Pertama: Bukan maksud seorang muslim yang jujur dari interaksinya, berbudi pekerti yang baik serta berbuat kebajikan pada orang adalah untuk memperoleh hati mereka atau keridhoan makhluk. Bukan pula decak kagum, pujian dan sanjungan mereka.
       Karena termasuk kelakuan yang sangat keji kalau sekiranya dia berhias dengan akhlak yang mulia, namun hanya sekedar ingin memperoleh hati orang. Jangan sampai ada orang yang menyangka seperti ini, tatkala pertama kali mendengar judul kajian kita ini.
        Namun tujuan kita selalu yaitu mencari ridho Allah Tabaraka wa ta'ala. Allah lah yang telah menurunkan al-Qur'an dan mengutus pembawa wahyu, dan pada dua pondasi tersebut akhlak dan adab bersandar. Barangsiapa yang mencari ridho Allah, maka Allah akan ridho atasnya, demikian pula manusia ridho kepadanya. Sehingga sanjungan orang serta kecintaan mereka kepadanya, tercipta dengan sebab semangatnya didalam menggali keridhoan Allah dan mengikhlaskan urusannya kepadaNya.
       Namun, sangat disesalkan, kalau hanya sedikit diantara mereka, yang bersemangat untuk mendapatkan hati orang lain, sambil menyebar rasa kasih sayang dan kecintaan serta menyatukan mereka diatas kecintaan karena Allah. Dan sebaliknya, banyak diantara mereka yang bersemangat untuk memperoleh hati dan kecintaan orang lain, hanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan dunia, dan kemudahan dalam perkara yang dianggapnya penting.
       Maka jenis usaha seperti ini sama dengan mengurbankan jiwa, menyembelih kehidupan bahkan bisa jadi orang seperti ini, tanpa sungkan akan menjual agamanya demi keuntungan dunia. Kita berlindung kepada Allah dari perbuatan seperti mereka.
Kedua: Apabila memang engkau belum memiliki ahlak yang baik, maka bersungguh-sungguhlah untuk mencarinya dan berhias dengannya sambil terus secara kontinyu menata jiwa serta memperbaikinya. Karena dirimu tidak akan mungkin bisa meraih akhlak sempurna tanpa usaha, dalam pepatah dikatakan; 'Orang yang tidak punya tidak mungkin bisa memberi'.
        Jika dirimu telah berhasil dalam usahamu sekali atau dua kali, maka begitu cepat engkau rasakan perubahan dan pengalaman hati yang dia ciptakan, sehingga tidak bisa disembunyikan lagi keindahan, kebutuhan dan hajat padanya.
      Adapun pendakian kita melalui jalan hati karena mempunyai tujuan utama yaitu Dzat yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib, kemudian agar kita menjadi orang yang pema'af, pengampun, berguna, sabar, bajik, manis dalam berucap, selalu berseri wajah, menjadikan orang yang jauh menjadi lebih dekat, musuh menjadi teman. Maka orang lain mencintai dirimu, sehingga siapa yang dicintai oleh manusia, dirinya akan mampu  mengusai hati mereka, yang berdampak pada sikap kebalikan yang mereka lakukan, kalau bukan itu tujuan kita, bagaimana mungkin kita bersikeras orang lain bisa menerima sedangkan dalam hati mereka keras dan sanubarinya mengingkari.
        Para pembaca yang budiman, kita tidak akan mungkin sanggup untuk menyelusup ke sanubari orang serta memperoleh ruang dalam hati-hati mereka melainkan dengan cara menyentuh hati mereka dengan kebajikan. Selalu berusaha mempergauli mereka dengan akhlak yang luhur. Maka, kita tidak akan mampu menguasi hati orang lain, lalu memaksa agar mereka mencintai kita, yang pada akhirnya engkau akan melihat akibat dan hasilnya.
        Oleh karenanya, siapa yang ingin dicintai orang lain hendaknya dirinya menguasai terlebih dahulu lubuk hatinya. Akan tetapi, bukan berarti dengan ini kita meninggalkan budaya saling menasehati dan mengingkari kesalahan mereka, serta tidak menyebut kesalahan dan perbuatan maksiat yang mereka lakukan.
Saudaraku..
      Perhatikan sebuah hadits yang menjelaskan kepada kita bagaimana Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( إنكم لن تسعوا الناس بأموالكم, ولكن يسعهم منكم بسط الوجه وحسن الخُلق ))  [أخرجه البزار بسند حسن من حديث أبي هريرة]
"Sesungguhnya kalian tidak akan sanggup menguasai orang lain dengan harta-harta kalian, namun kalian akan sanggup menguasai mereka dengan wajah yang berseri dan akhlak yang luhur". HR al-Bazzar dengan sanad hasan dari sahabat Abu Hurairah.
       Benar, terkadang salah seorang diantara kita tidak sanggup mengambil hati orang lain hanya dengan memberi harta atau mempunyai kedudukan. Kalaupun mampu mengambil muka mereka, tetap mereka akan berbuat sekenanya, bahkan bisa jadi mereka justru membenci dibelakang.  Berbeda dengan kamu, orang yang mempunyai akhlak maka dirinya mampu menguasai mereka dengan sebab akhlak yang baik, sehingga manusia menjadi menyukaimu, mengenal dengan kebaikan dan memuliakanmu, cukup hanya dengan mempergauli manusia dengan akhlak yang baik,  sebagaimana yang telah diwasiatkan oleh Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam kepada kita semua.
        Perhatikan para salaf, Ibnu Mubarak pernah mengatakan: 'Yang dinamakan dengan akhlak yang baik adalah engkau bermanis muka, rela berkorban dengan senang memberi dan tidak berbuat jahat pada orang lain'.
       Sedangkan Imam Ahmad mengatakan: 'Akhlak yang baik yaitu engkau tidak emosian tidak mendendam pada orang lain'.
        Ada lagi yang mengatakan: 'Akhlak yang indah yaitu dengan rela berkorban, tidak mengganggu serta sabar terhadap keburukan orang lain'. Di katakan pula: 'Akhlak yang indah adalah membalas dengan lebih baik dan tidak menjahati orang lain'. Yang lain lagi mengatakan: 'Akhlak yang baik adalah engkau melepas segala tingkah laku yang jelek lalu menyematkan dengan kemulian'.
        Dan cukup dari itu semua, adalah sebuah sabda dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam: "Kebaikan itu adalah akhlak yang baik". HR Muslim.
         Imam Ibnu Qoyim berkata mengomentari hadits diatas: 'Di dalam hadits ini menunjukan bahwa akhlak yang baik itu adalah agama secara keseluruhan, dan merupakan hakekat keimanan dan syari'at Islam, oleh karena itu, lawannya adalah perbuatan dosa'.
Ketiga: Jangan tertipu dengan akhlak baikmu manakala kamu dalam keadaan lapang, tapi, cobalah terapkan akhlak baik tersebut pada saat-saat dirimu dalam kesusahan atau ketika marah. Dan tunjukan pada tiap keadaan yang memang benar-benar sedang membutuhkan akhlak baik, sperti, mendahulukan orang lain, padahal kamu sedang membutuhkan sekali, dan bijak ketika sedang dilanda marah, serta bisa mema'afkan kesalahan untuk orang yang telah memberi alasannya. Adapun ketika sedang lapang maka tidak perlu dibanggakan dan disebut-sebut.
Keempat: Lihat pada lapangan, kenyataan yang ada pada manusia, apa yang kamu tidak suka dari mereka maka pertama kali yang merealisasikannya adalah dirimu, jauhi perbuatan tersebut. Karena sebagaimana engkau membencinya mereka juga sama tidak menyukainya kalau sekiranya perbuatan tersebut ada padamu.

Kelima: Tanyakan selalu pada dirimu, apakah kamu bagaikan pohon kurma yang selalu mengeluarkan bunga dan buahnya yang manis, atau justru dirimu bagaikan lalat yang selalu menghampiri sampah dan perkara yang menjijikan.
Keenam: Kisaran akhlak yang luhur semuanya ada didalam ayat-ayat Allah Ta'ala, karena itulah pondasi didalam membangun seni dalam bergaul dan berbuat baik bersama sesama. Seperti dalam salah satu firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ وَلَا تَسۡتَوِي ٱلۡحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُۚ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِي بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدَٰوَةٞ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٞ  (سورة فصلت : 34) .
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia".  (QS Fushshilat: 34).
        Namun pertanyaannya, apakah setiap orang dari kita bisa menterjemahkan makna ayat dalam keseharian kita? Saya kira tidak, karena Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman dalam kelanjutan ayat diatas:
قال الله تعالى: ﴿ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٖ (سورة فصلت : 35 ).
"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar".  (QS Fushshilat: 35).
Dalam ayat lain Allah Ta'ala telah mengumpulkan makna budi pekerti yang luhur itu, Allah berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ  (سورة الأعراف 199)
"Jadilah sngkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh".  (QS al-A'araf: 199).
Ketujuh: Hendaklah akhlak Islam tersebut selalu menyertaimu disetiap tempat dan waktu. Baik ketika bersama Rabbmu, bersama orang lain yang ada didalam rumah, kantor, dalam pasar, dengan orang yang engkau sukai atau benci, bersama anak kecil atau orang dewasa, apakah pemimpin atau yang dipimpin. Jadikan itu sebagai kepribadian aslimu pada setiap keadaan dan waktu, ketika engkau bergaul bersama orang yang ada disekitarmu.
Kedelapan: Akhlak yang luhur mempunyai empat syarat yang harus terpenuhi, yaitu: Sabar, pema'af, berani dan adil. Sebaliknya, akhlak yang buruk juga terbangun diatas empat pondasi, yaitu: Bodoh, dhalim, hawa nafsu dan emosi.
Sembilan: Ketika kita menuntut orang lain untuk berbudi pekerti yang luhur, jangan sampai kita lupakan bahwa mereka juga manusia yang seberapapun besarnya usaha yang mereka lakukan, tetap, ada saja sisi kekurangannya.
        Oleh karena itu, jangan menuntut orang lain sebagai teladan sempurna, apalagi terkhusus pada zaman kita sekarang ini, namun, lihatlah dirimu lalu kerjakan, pergauli manusia dengan baik sebagaimana dirimu senang mereka mempergauli dirimu dengan baik.
Sepuluh: Berkata Ibnu Muqafa' didalam kitabnya 'Adabush Shagir', sebuah kalimat yang sangat bagus, beliau mengatakan: 'Bagi orang yang cerdas, dirinya akan selalu mengoreksi kejelekannya didalam beragama, akhlak dan adabnya. Kemudian ia kumpulkan semua itu didalam hati atau dalam catatan harian, lantas perlihatkan pada sanubarimu, lalu kemudian bebani dia untuk memperbaikinya. Berilah tugas pada pribadimu untuk memperbaiki satu persatu kekurangan yang masih ada, bertahap, mulai dari sehari, sepekan atau satu bulan, setiap kali dia harus ada usaha untuk memperbaikinya. Dan ketika berhasil maka pantas dirinya untuk berbangga, untuk selanjutnya dia mengokohkan dalam kepribadiannya'.

         Akhirnya kita berdo'a kepada Allah, Ya Allah berilah kami petunjuk untuk bisa mencapai akhlak yang mulia, karena tidak ada yang mampu menunjukinya melainkan diriMu. Dan palingkan kami dari akhlak yang jelek, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memalingkannya kecuali diriMu.
        Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Melihat dimanapun kami berada, dan Maha Mendengar ucapan kita, Engkau mengetahui segala perkara, baik yang kami nampakan maupun tersembunyi. Tidak ada yang menghalangiMu dari segala urusan kami. Sesungguhnya kami miskin, membutuhkan pertolongan dan bantuan, merindukan dan berharap, mengakui segala dosa dan kekurangan, kami memohon kepadaMu sebagaimana permohonannya orang yang miskin, kami bersimpuh kepadaMu seperti bersimpuhnya para pendosa dan berdo'a kepadaMu seperti do'anya orang yang takut, do'a yang khusyu' karena takut siksaMu, dengan merendahkan diri dan meneteskan air mata serta mengharap terkabulkan do'anya.
       Ya Allah, perbaiki kerusakan yang ada dalam jiwa dan hati kami, ma'afkan segala kelemahan kami, dan bagusi akhlak-akhlak kami.
       Ya Allah, sungguh kami telah berbuat dhalim kepada hati-hati kami, dan telah banyak dosa yang kami perbuat, ampunilah dosa-dosa kami, karena tidak ada yang mampu mengampuni melainkan Engkau ya Allah yang Maha Penyayang lagi Pemurah. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Penyayang.
         Ya Allah, jadikan kaum muslimin bersatu diatas panji tauhid, satukan hati mereka, ya Allah yang Maha Penyayang.
         Maha Suci Allah, kami memujiNya, kami bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah, kami meminta ampunan dan bertaubat kepadaNya.
Ya Allah, jadikan amalan ini ikhlas karena mengharap wajahMu yang mulia semata.




[1] . HR Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu.
[2] . Hadits Shahih dikeluarkan oleh Tirmidzi.
[3] . Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah, maksudnya; celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan.
[4] . HR Abu Dawud, Ahmad dan yang lainnya. Hadits ini dishahihkan oleh al-Bani.
[5] . Lihat silsilah ash-Shahihah al-Albani no: 467.

Tidak ada komentar