Peringatan Maulid Nabi Besar SAW


Peringatan Maulid Nabi Besar SAW
Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Rasulullah, kepada keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang menetapi petunjuk.

Telah berulang kali timbul pertanyaan tentang hukum memperingati maulid Nabi saw, berdiri dan mengucapkan salam kepada beliau dalam acara itu, serta berbagai hal yang dilakukan pada waktu acara maulid. Jawabnya, Tidak boleh mengadakan kumpul-kumpul memperingati kelahiran Rasulullah saw, juga selain beliau. Karena hal itu merupakan bid'ah (perbuatan baru) dalam agama. Rasulullah saw belum pernah mengerjakannya. Begitu pula Khulafa' rasyidin, para sahabat dan tabi'in, yang mereka itu adalah generasi terbaik, yang lebih mengerti tentang sunnah, lebih mencintai Rasulullah r dan mengikuti syari'atnya daripada generasi setelahnya. Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa mengada-adakan (sesuatu hal yang baru) dalam urusan (agama) kami, yang bukan merupakan ajarannya, maka akan ditolak." (Muttafaq 'Alaih). Dalam hadits lain beliau bersabda, "Kamu semua harus berpegang teguh kepada sunnahku (setelah Al Qur'an) dan sunnah khulafa' rasyidin yang mendapat petunjuk Allah sesudahku. Berpeganglah dengan sunnah itu dan peganglah ia kuat-kuat, serta jauhilah perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena setiap perkara yang diada-adakan itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu sesat." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Dalam kedua hadits itu kita dapatkan suatu peringatan keras, yaitu agar kita waspada, jangan sampai mengada-adakan dan mengerjakan perbuatan bid'ah apapun.
Firman Allah dalam kitabNya, "Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya." (Al Hasyr : 7). "...... maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih." (An Nur : 63). "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (perjumpaan dengan) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Al Ahzab : 21). "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (At Taubah : 100). "Pada hari ini telah Kusem-purnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu sebagai agama bagimu." (Al Ma'idah : 3).
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang semakna dengan ini. Dengan demikian, mengada-adakan sesuatu hal yang baru dalam agama seperti peringatan maulid, berarti Allah subhanahu wa ta'ala belum menyempurnakan agama-Nya buat umat ini, berarti juga Rasulullah saw belum menyampaikan apa-apa yang mesti dikerjakan umatnya, sehingga datang orang-orang yang kemudian mengada-adakan sesuatu hal yang baru yang tidak diperkenankan oleh Allah, dengan anggapan bahwa cara tersebut merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tidak diragukan lagi, bahwa hal ini mengandung bahaya besar lantaran menentang Allah subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya saw. Karena sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-Nya, dan telah mencukupkan nikmat-Nya untuk mereka.
Rasulullah saw telah menyampaikan risalahnya secara keseluruhan. Tidak ada suatu jalan menuju Surga dan menjauhkan dari Neraka, kecuali telah beliau terangkan kepada umatnya sejelas-jelasnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih, dari Abdullah bin Amr radhiallahu 'anhu, Rasulullah r bersabda, "Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan wajib baginya menunjukkan kepada umatnya kebaikan yang diketahui-nya untuk mereka, dan memperingatkan mereka dari kejahatan yang diketahuinya untuk mereka." (HR. Muslim).
Tidak dapat dipungkiri bahwasanya Nabi Muhammad saw adalah Nabi termulia dan terakhir, Nabi yang paling sempurna penyampaian dan ketulusannya. Seandainya peringatan maulid itu betul-betul datang dari agama yang diridhai Allah, niscaya Rasulullah saw menerangkan kepada umatnya, atau beliau menjalankan semasa hidupnya, atau paling tidak dikerjakan para sahabat radhiallahu 'anhum Tetapi karena semua itu belum terjadi, maka jelaslah bahwa hal itu bukan dari ajaran Islam sama sekali dan merupakan suatu hal yang diada-adakan (bid'ah), yang telah diperingatkan oleh Rasulullah saw agar dijauhi umatnya, sebagaimana sudah dijelaskan dalam dua hadits di muka, dan masih banyak lagi hadits-hadits lain yang senada dengan hadits tersebut, seperti sabda beliau dalam suatu khutbah Jum'at, "Adapun sesudahnya; sungguh, sebaik-baik perkataan ialah kitab Allah (Al Qur'an), sebaik-baik jalan hidup ialah jalan hidup Muhammad saw, dan seburuk-buruk perkara (dalam agama) ialah yang diada-adakan (bid'ah), sedang setiap bid'ah itu kesesatan." (HR. Muslim).
Masih banyak lagi ayat-ayat Al Qur'an dan hadits-hadits yang menjelaskan masalah ini. berdasarkan dalil-dalil tersebut dan selainnya, beberapa ulama' dengan tegas mengingkari peringatan maulid dan memperingatkan agar dijauhi.
Namun sebagian muta'akhkhirin (orang-orang yang datang kemudian menyalahinya, yaitu dengan membolehkan hal itu selama tidak mengandung suatu kemungkaran, seperti ghuluw (sikap berlebihan) terhadap Rasulullah saw, ikhtilat (bercampurnya) antara pria dan wanita yang bukan muhrimnya, pemakaian alat-alat musik, dan lain sebagainya yang dilarang syari'at. Mereka beranggapan bahwa semua itu merupakan bid'ah hasanah.
Padahal kaidah syari'at mengatakan bahwa segala sesuatu yang diperselisihkan oleh umat manusia hendaklah dikembalikan kepada Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah saw. Allah Y berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An Nisaa' : 59). "Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Tuhanku, kepadaNyalah aku bertawakkal dan kepadaNyalah aku kembali." (Asy Syuraa : 10).
Ternyata, setelah masalah ini 'yaitu peringatan maulid' kita kembalikan kepada Kitab Allah (Al Qur'an), kita dapati nash yang menyuruh kita mengikuti apa-apa yang dibawa Rasulullah saw dan menjauhi apa-apa yang dilarang beliau, juga memberi penjelasan kepada kita bahwa Allah telah menyempurnakan agama untuk umat ini.
Peringatan maulid nabi ini pun tidak termasuk ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw , maka ia bukan bagian dari agama yang telah disempurnakan oleh Allah untuk kita dan diperintahkan agar mengikuti Rasulullah saw. Setelah masalah ini kita kembalikan pula kepada sunnah Rasul saw , ternyata tidak terdapat keterangan bahwa beliau telah menjalankan atau memerintahkan-nya. Juga tidak ada keterangan bahwa sahabat-sahabat beliau mengerjakannya.
Dengan demikian, kita mengetahui bahwa hal ini bukan dari agama, tetapi merupakan bid'ah yang diada-adakan, dan termasuk tasyabbbuh (perbuatan menyerupai) Ahli kitab dari kaum Yahudi dan Nashrani dalam hari-hari besar mereka.
Hal ini menjadi jelas bagi siapapun yang mempunyai sedikit pemikiran serta kemauan dan kejujuran dalam mencari kebenaran bahwa peringatan maulid nabi bukan dari ajaran agama Islam, melainkan merupakan bid'ah yang diada-adakan. Padahal Allah dan Rasul-Nya saw memerintahkan agar meninggalkannya dan mewaspadainya. Tak layak bagi orang yang berakal tertipu karena banyaknya orang yang mengerjakan perbuatan tersebut di seluruh penjuru dunia. Sebab, al haq (kebenaran) tidak ditentukan dari banyaknya pelaku yang mengerjakannya, tetapi diketahui berdasarkan dalil-dalil syar'i. Sebagaimana firman Allah tentang orang-orang Yahudi dan Nashrani, "Dan mereka (Yahudi dan Nashrani) berkata: 'Sekali-kali tidak akan masuk Surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi dan Nashrani'. Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: 'Tunjukkan bukti kebenaranmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar'." (Al Baqarah : 111). "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanya berdusta (terhadap Allah)." (Al An'aam : 116).
Lebih dari itu, pada umumnya acara peringatan-peringatan maulid ini 'selain bid'ah' tak lepas dari kemungkaran-kemungkaran. Misalnya ikhtilath antara pria dan wanita yang bukan muhrimnya, pemakaian lagu-lagu dan bunyi-bunyian, minum minuman yang memabukkan dan membuat tidak sadar, serta kemungkaran lainnya. Kadangkala terjadi juga hal yang lebih besar daripada itu, yaitu perbuatan syirik akbar karena ghuluw (sikap berlebihan) terhadap Rasulullah saw atau para wali, berdo'a atau beristighatsah kepada beliau, meminta pertolongannya, mempercayai bahwa beliau mengetahui hal-hal yang ghaib, dan bermacam-macam kekufuran lainnya yang biasa dilakukan orang banyak dalam acara peringatan maulid Nabi saw atau selain beliau yang mereka sebut sebagai wali. Padahal Rasulullah r bersabda, "Jauhilah oleh kalian ghuluw dalam agama, karena ghuluw dalam agama itu telah menyesatkan orang-orang sebelum kamu." (HR. Ahmad, An Nasa'i, Ibnu Majah dan Al Hakim dari Ibnu Abbas). "Janganlah kalian berlebihan memujiku sebagaimana orang-orang Nashrani berlebihan memuji putera Maryam. Aku tidak lain hanyalah seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan RasulNya." (HR. Al Bukhari, dari Umar t).
Di antara hal yang aneh dan mengherankan, banyak orang yang giat dan bersemangat dalam rangka menghadiri acara-acara peringatan yang bid'ah ini, bahkan sampai membelanya, sementara mereka meninggalkan shalat berjama'ah tanpa memperhatikannya sama sekali. Mereka tidak berpendapat kalau mereka telah mendatangi suatu kemungkaran besar. Sungguh, ini semua karena lemahnya iman, kurangnya berfikir dan banyaknya noda yang mengotori hati mereka disebabkan berbagai macam dosa dan maksiat. Marilah kita sama-sama memohon kepada Allah agar memberikan keselamatan kepada kita dan kaum muslimin.
Di antara kemungkaran itu, sebagian pendukung maulid mengira bahwa Rasulullah saw datang pada acara-acara tersebut. Karena itu mereka berdiri untuk menghormati dan menyambutnya. ini merupakan kebatilan yang paling besar dan kebodohan yang amat nyata. Rasulullah saw tidak akan bangkit dari kuburnya sebelum hari Kiamat, tidak berkomunikasi dengan seorang manusia pun dan tidak menghadiri pertemuan-pertemuan umatnya, melainkan beliau tetap tinggal di kuburnya sampai datang hari Kiamat, sedang rohnya ditempatkan pada tempat yang paling tinggi, tempat kemuliaan, di sisi Tuhannya. Firman Allah dalam Al Qur'an, "Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati, kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat." (Al Mu'minuun : 15-16). Sabda Rasulullah saw, "Aku adalah orang yang pertama kali dibangkitkan dari kubur pada hari Kiamat nanti, aku adalah orang yang pertama kali memberi syafa'at dan orang yang pertama kali diterima syafa'atnya."
Ayat dan hadits di atas serta nash-nash lain yang semakna bahwa Nabi Muhammad saw dan siapapun yang sudah mati tidak akan bangkit kembali dari kuburnya, kecuali pada hari Kiamat. Hal ini merupakan kesepakatan para ulama' muslimin, tidak ada pertentangan di antara mereka. Maka seyogyanya setiap individu muslim memperhatikan masalah-masalah ini dan waspada terhadap segala macam bid'ah dan khurafat yang diada-adakan oleh orang-orang yang tidak mengerti dan semisalnya, yang tidak ada dasar perintahnya dari Allah. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan berserah diri, tak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya.
Adapun ucapan shalawat dan salam kepada Rasulullah saw adalah termasuk pendekatan diri yang amat mulia kepada Allah dan termasuk amal shalih. Sebagaimana firmanAllah, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (Al Ahzaab : 56). Dan sabda Nabi saw, "Barangsiapa mengucapkan shalawat kepadaku sekali, maka Allah akan membalas shalawatnya sepuluh kali lipat." (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Ucapan shalawat dan salam itu disyari'atkan pada segala waktu, dan hukumnya mu'akkad pada akhir setiap shalat, bahkan wajib hukumnya menurut sebagian ulama' pada waktu tasyahhud akhir dan sunnah mu'akkadah pada banyak kesempatan lain, misalnya setelah adzan, ketika disebut nama beliau saw, pada hari dan malam Jum'at, sebagaimana hal itu diterangkan oleh hadits-hadits yang cukup banyak jumlahnya.
Semoga Allah melimpahkan taufiq-Nya kepada kita dan kaum muslimin untuk memahami dan menetapi agama-Nya, mencurahkan karunia-Nya kepada kita semua agar tetap konsisten mengikuti sunnah dan waspada terhadap bid'ah. Sungguh, Dia Maha Pemurah dan Maha Mulia. Semoga pula shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan sahabatnya.

Tidak ada komentar